#KapalApiPunyaCerita: Ngopi? Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak!

Assalamu’alaikum gaes..
 
Siapa sih yang belum pernah ngopi? Mayoritas penduduk Indonesia pasti sudah pernah minum kopi mengingat Indonesia juga termasuk negara pengekspor dan penghasil kopi terbesar di dunia. Bagi penikmat kopi, mungkin minum kopi adalah hal yang wajib sebelum beraktifitas di pagi hari atau saat begadang di malam hari. Aku sendiri telah mencoba rasanya minum kopi sejak masih kecil karena kebiasaan ayah yang suka minum kopi saat itu. Namun, sekarang mulai mengurangi minum kopi karena prinsipku ‘semakin jarang kita menikmati sesuatu maka semakin terasa nikmat ketika kita sedang menikmati sesuatu tersebut’ #apasih. Kopi favoritku adalah kopi susu. Dulu, kopi kuanggap sebagai minuman biasa yang nikmat, tanpa kusadari sering membuatku tidur terlalu malam untuk anak seusiaku. Kopi memang minuman yang memiliki cita rasa dan aroma yang khas sehingga banyak orang yang menyukainya.
 
Untuk menikmati secangkir kopi asli memang perlu merogoh kocek agak dalam, baik itu dengan jalan pergi ke coffee shop atau membuat sendiri dengan cara manual. Cara manual pun kita harus membeli biji kopi yang harganya juga se’lumayan’ rasanya dan juga alat coffee grinder untuk menghaluskan biji kopi tersebut. Namun, tak perlu khawatir, kita tetap bisa menikmati secangkir kopi panas tanpa membuat dompet kita menangis karena sekarang telah banyak kopi instan berbentuk bubuk dengan kenikmatan yang tak kalah dengan kopi murni. 


Nah di sini aku akan sedikit mengulas, kenapa sih Kopi Kapal Api ini bisa Jelas Lebih Enak dari kopi merk lain? Selengkapnya bisa kalian kepoin web nya di http://waktunyakapalapi.com
1.     1. Banyak jenisnya, pilih sesuai selera!
Kopi Kapal Api memang mengerti perbedaan selera dan kebutuhan setiap orang di Indonesia sehingga mengupgrade jenis dan ukuran kemasannya. Varian kopi Kapal Api diantaranya ada Kapal Api Susu, Kapal Api Special Mix, Kapal Api Mocca, Kapal Api Special, dan lain-lain. Bahkan Kapal Api cukup inovatif dengan meluncurkan produk kopi modern dan juga tetap mempertahankan cita rasa kopi khas daerah. Seperti yang sedikit kusinggung di atas, aku lebih suka kopi Kapal Api Susu untuk menemani malamku dalam mengerjakan tugas saat masih sekolah dulu. Ayah juga suka minum kopi Kapal Api Susu di pagi hari jika mengantuk saat bekerja agar bisa lebih fokus. Kopi Kapal Api selalu bisa menemani rutinitas para penikmat kopi sesuai selera dan kebutuhan masing-masing. Kalian suka yang mana nih?
2.      2. Aroma dan rasanya yang berkualitas.
Kopi Kapal Api memang identik dengan keharuman aroma kopinya. Aroma khas kopi inilah yang dapat membuat seseorang lebih rileks dalam menjalani aktifitas. Bisa dicoba tuh Kapal Api Specialnya. Kopi Kapal Api diolah dari biji kopi pilihan dengan pengolahan menggunakan mesin berteknologi modern sehingga dapat menghasilkan kopi senikmat yang tersaji di meja kalian. Selain itu, kemasannya juga tak kalah menarik. Hayo, mau disandingkan dengan kopi instan yang mana? Pasti Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak.
3.      3. Sang Legenda
Ya, merk Kopi Kapal Api memang sudah ada sejak 1927, wih jadi ngebayangin sejarah perjuangan bangsa juga nih. Mungkin kakek nenek buyut kita jika ditanya tentang kopi pasti jawabannya “Kapal Api” atau setidaknya tidak asing dengan brand yang satu ini.  Hingga dirasa layak mendapat julukan Sang Legenda Kopi di Indonesia. Meskipun akhir-akhir ini tengah bermunculan kopi instan yang serupa, namun sang legenda tetaplah juara di kalangan masyarakat Indonesia. Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak di mata penikmat kopi, seperti slogan yang diunggulkan selama ini.

Berbicara tentang kopi, aku jadi teringat dengan salah satu event kampus yang diadakan di bawah naungan teman-teman Keluarga Mahasiswa Pajak (KMP), namanya Ngopi Sore. Meskipun aku belum sempat mengikutinya, tetapi aku sangat mendukung acara ini. Mengapa? Acara ini diselenggarakan sore hari selepas kuliah dengan menghadirkan pembicara yang diharapkan dapat menginspirasi atau menambah semangat mahasiswa dalam menghadapi perkuliahan. Pembicara dalam acara ini bisa aktifis mahasiswa, alumni yang sedang sukses berkontribusi untuk negeri, ataupun dosen panutan tentunya. Nah, untuk menambah semangat peserta, di pinggir tempat ngobrol santai ini disediakan kopi instan, air panas, dan juga gelasnya sehingga peserta bisa menyeduh kopi sendiri sesuai selera mereka. Semoga saja acara seperti ini bisa lebih dikembangkan ya, dengan sponsor dari kopi Kapal Api tentunya, hehe..

Saat PKL pun aku baru tau ternyata banyak pegawai pajak yang menyeduh kopi di sela-sela waktu luang untuk mengobati kepenatan agar dapat memberikan pelayanan prima untuk wajib pajak. So, kopi itu memang menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan dengan sekedar ngobrol sambil ngopi dapat mengikis perbedaan yang ada.

Nah, buat temen-temen yang sekarang sedang menjalani UTS Semester Ganjil, kopi Kapal Api ini recommended loh buat menemani belajar kalian. Apa lagi cuaca dingin seperti ini, hmm nikmat banget secangkir kopi ditemani martabak manis atau piscok martabak Pisok depan kampus, lebih hangat daripada pelukan si doi yang belum mahram dengan kita *eeaaa. Ini sedikit ulasan tentang kopi dari sudut pandangku, bagaimana dengan kalian? 


Sumber foto dari Facebook Kopi Kapal Api
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition yang diadakan oleh Kopi Kapal Api, Jelas Lebih Enak….. Selengkapnya di https://waktunyakapalapi.com/kapalapipunyacerita-blog-competition/


Wassalamu’alaikum

#KapalApi #KapalApiPunyaCerita #JelasLebihEnak

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Gambar
Assalamu'alaikum kawan...  First of all saya ingin mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minkum ... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H , sekaligus dari lubuk hati yang paling dalam saya memohon kerendahan hati pembaca untuk memaafkan kesalahan saya jika di blog ini ada tulisan yang kurang berkenan baik disengaja maupun tidak.  Yap next , siang ini aku (saya atau aku?) alhamdulillah banget sudah mendarat di tanah rantau kembali lebih dulu dari kawan lainnya, di tanah yang mahsyur kerana tauco dan produksi berasnya, Cianjur Jago . # applause dong Normalnya aku mempunyai dua pilihan, beres-beres kamar, atau yang paling lumrah adalah beristirahat karena perjalanan Solo-Bandung-Cianjur cukup menguras tenaga dan perasaan *eh. But , aku memilih membuka salah satu social media berwarna biru sesuai warna favorit dan berlogo huruf yang sama seperti namaku, Facebook ( riewuh elah). Jariku menuju pada akun salah satu teman lamaku yang baru-baru ini telah menyandang status baru y
Baca selengkapnya

Catatan Introvert #1

Gambar
Manusia memang tidak pernah mau mengalah. Selalu merasa dirinya benar dan tidak pernah mau dianggap salah. Jika aku menemukan manusia seperti itu... Aku yang merasa malu. Malu kenapa harus mengenal sosok seperti itu. Dan jika sosok itu adalah aku, huh betapa memalukannya aku di mata orang lain. Tidak berharga.  Pokoknya... Kelak anakku ngga boleh jadi kaya gitu.  Ia dididik untuk menjadi alasan orang lain tersenyum dan bersyukur (seperti Bundanya), bukan untuk menyakiti orang lain karena egoisme yang menguasainya hingga menganggap ideologi yang ia anutlah yang paling benar.  Manusia selalu menilai.  Penilaian orang pendiam sepertinya lebih akurat daripada penilaian orang yang banyak bicara. Teman, kalian harus peka. Jangan bangga jika kalian mempunyai kawan yang selalu mengalah. Sesekali, tanyakan padanya. Apa yang sebenarnya dia inginkan. Apa yang dia rasakan. Apa yang menjadikannya beban. Karena kalian tak akan pernah tahu... Apa saja yang telah i
Baca selengkapnya

Sampai Jumpa, Yogyakarta.

Gambar
Yogyakarta... Aku memang tidak terlahir di sana. Tidak dibesarkan di sana. Tidak pula berkeluarga di sana. (eaa karna emang belum deng)  Hanya saja, ketertarikan seseorang terhadap Daerah Istimewa ini membuatku ingin sedikit berbagi kata, antara aku dan Kota Yogyakarta.  1. Kota Pelajar Mungkin seantero negeri sudah mengenal julukan ini, bahkan tak jarang pula terlihat mahasiswa dari luar negeri. Aku akui banyak lembaga pendidikan di sana. Aku memang tidak pernah menempuh pendidikan disana, atau mungkin belum. Namun, Jogja menjadi saksi bisu perjuanganku dalam mengejar pendidikan tinggi.  Iya, sebut saja aku pernah bunuh diri , mendaftarkan namaku dengan nilai pas-pasan yang berasal dari sekolah sederhana ini ke salah satu perguruan tinggi negeri ternama yang ada di kota ini. Harapanku pupus. Jogja juga menjadi tempat diriku mengadu nasib, seorang diri berkali-kali singgah untuk mengikuti serangkaian tes salah satu perguruan tinggi kedinasan. Oh tidak sendiri rupanya,
Baca selengkapnya