Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Drama Hidup : Tiket Pulang Kampung

Gambar
Assalamu'alaikum. Alhamdulillah hari ini aku berkesempatan untuk kembali mengunjungi keluargaku di kampung halaman. Yaps, sebulan lalu, tepatnya dua minggu pasca aku diguling dan merayap memang kuberanikan diri mengambil risiko izin di hari kerja untuk bertemu keluarga. Bukan untuk berlibur, sekedar beristirahat dari hiruk pikuk manusia yang penuh drama. Ohya, hidup itu memang penuh drama gengs, apalagi hidup gue, sikik sikik drama *lah. Aku teringat perjuanganku sebelum akhirnya berhasil tiba di rumah dengan selamat. Semua bermula saat kepulanganku kemarin menggunakan bus, aku sangat antusias ketika kudapati tiket Lodaya Tambahan seperti lebaran Juli lalu. Wah, siapa yang tak senang? Aku bisa ke Bandung tanpa mengkhawatirkan jam pulang kantor, karena Lodaya Tambahan berangkat pukul 20:20, sedangkan Lodaya biasa berangkat pukul 18:50, sangat memacu adrenalin. " Mas, ada kereta tambahan, fix ngga bareng sampeyan ," ketikku pada teman kantor yang biasa menawarkan t

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti

Gambar
Untukmu yang telah menjalani hidup selama dua puluh tahun. Tak terasa sudah bertemu dengan bulan Desember lagi. Hampir genap 365 hari yang lalu, untuk pertama kalinya kita bertemu. Dan mungkin, tidak genap dua puluh hari kita bertatap muka. Aha, hanya lima kali yang kuingat dan bisa kuhitung. Dan selama itu, aku benar-benar merasakan sulitnya untuk sekedar berteman denganmu, Manusia Batu. Detail sekali, apa aku selalu memperhatikanmu? Tidak, tidak sama sekali, saat itu. Entah kapan dan bagaimana Aku tak sadar pada akhirnya kita mulai saling mengenal dan sedikit dekat, iya sedikit saja. Aku tak tau jika terlalu dalam mengenalmu, bisa sedalam apa juga lukaku nantinya. Aku menerimamu sebagai teman, seperti yang lain, emm itu awalnya. Entah betapa bersyukurnya aku waktu itu. Kini semuanya berbalik. Mungkin inilah yang disebut kepastian, kepastian untuk tak saling menggenggam, belum jodohnya. Ahh, ternyata menaruh hati padamu lebih menyakitkan daripada mengagumi seseorang d

Ketahanan Keluarga Versi Mas El

Gambar
Asssalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh ... Langit semakin rajin menurunkan rezekinya berupa hujan. Jaga kesehatan ya kalian :)) Akhirnya telah sampai di penghujung November, bulan dimana segala bentuk emosi kukeluarkan dan segala bentuk praduga justru terealisasi. Mungkin, November menjadi salah satu bulan kesukaanku, setelah Agustus tentunya. Meskipun emosi negatif mendominasi, tapi dari situ aku belajar untuk menjadi lebih dewasa. Tentang mengikhlaskan, tentang tanggung jawab, tentang menghargai orang lain, tentang maut yang datang tak terduga, tentang menerima kehilangan, tentang kepedulian, tentang rasa percaya terhadap orang lain, tentang cara mengungkapkan ketidaksesuaian, dan kesimpulan untuk tidak jatuh cinta lagi. ——— mungkin tulisan kali ini bakal agak panjang —— Aku ingin membagi sedikit bahasan ringan dengan kakak tingkatku saat kuliah, sebut saja Mas El. Jujur, aku tidak terlalu mengenalnya, atau bisa dibilang tidak kenal sama sekali. Aku baru mengenal d

DJP Berduka

Gambar
November... November adalah bulan kelahiran dua sahabatku. November adalah bulan kelahiran pemilik slogan Happiness Delight. November adalah bulan dimana frekuensi terjadinya hujan semakin tinggi. November adalah bulan dimana Mbak Dewi Nur Aisyah mengisi seminar di UNS (asli pengen ikut). November adalah bulan dimana wacana aku ingin pulang kampung. Yang jelas, November adalah bulan setelah  Oktober dan sebelum Desember. *apasihjar Duka menyelimuti kalbu di penghujung bulan Oktober atas tenggelamnya Pesawat Lion Air JT610 tanggal 29 Oktober di perairan Karawang, tepat sehari sebelum peringatan Hari Oeang. Mirisnya, pesawat itu ditumpangi sebagian besar para abdi negara, pegawai kementerian. Sejumlah 21 penumpang di antaranya pegawai Kemenkeu termasuk 12 di antaranya pegawai DJP. DJP Berduka. Dikeluarkannya Surat Edaran sebagai wujud empati, lima hari kerja berkemeja putih dengan simpul pita hitam di lengan kiri. Saat itu aku masih mengikuti PTU hari kedelapan. Seperti bia

Setelah Negara Api Menyerang

Hari ini adalah hari pertama aku kembali ke kantor setelah sepuluh hari ku dibina dan ditempa. (hiya jadi lirik yel PTU angkatan 3) Adakah di antara kalian yang menanti tulisanku? Wkwkwkw. Ada sedikit sentilan yang membuatku tak nyaman, harus jadi orang ekstrovert . Yak, aku nyaman dan bangga menjadi diriku yang introvert , bahkan di sela kegiatan lari guling merayap, ku masih merindukan menulis dan mengedit video. Begitu lebih baik daripada merindukan dia yang tak merindukan kita. Yhaaaaa no offense . Murni bercanda. Menurutku, introvert dan ekstrovert itu dilihat dari bagaimana seseorang menyelesaikan masalah, bukan bagaimana cara dia bergaul. Itupun bukan menjadi sesuatu yang harus dipeributkan. Hak seseorang dalam bersikap. Ohya, sebenarnya PTU atau yang lebih awam disebut DTU ini cuma berlangsung 10hari. Tapi entah kenapa berasa sebulan lebih bagiku. Persiapan mentalnya yang cukup menguras waktu. Yak, aku bukan type orang yang menyukai kegiatan fisik macam ini. Mulai dari

Tinggal Kenangan

Gambar
Pernah ada ...  Rasa cinta...  Antara kita Kini tinggal kenangan "lagi ingat seseorangkah? " begitu tanya kawan baruku. Ahh lebih tepatnya mungkin aku sedang menunggu seseorang. Detik demi detiknya sangat terasa. Jadi sadar, dia se" selalu ada " itu? Ya, sekarang memang aku lebih suka bercerita, apapun. Tapi aku biasanya merangkum cerita itu, melaporkannya pada bapak tiap seminggu sekali, kadang lebih. Karena aku selalu punya tempat lain untuk bercerita secara real time . Lucunya, orangtuaku justru khawatir kalo terlalu sering menelfon, pikir mereka ada apa-apa mereun , padahal aslinya pengen aku balik ke rumah juga tuh kayaknya. Maklum, penghuni yang paling berisik itu aku--- ngomelin adek, nyapa Huma kalo lewat depan rumah, ngomelin Khanin kalo maen panas-panasan, cerita hal apapun ke bapak sampe tengah malem, ngeyel kalo dikasih tau simbah. Hmmm selalu ada alasan untuk pulang, dan selalu ada jalan untuk pulang. Jauh kau pergi meningggalkan diriku

Di Balik Lengkung Senyuman

Gambar
Assalamu'alaikum kawan Sebelumnya barakallah buat semua temanku, adek-adekku, dan mas-mbakku yang pekan ini sudah resmi lulus dari PKN STAN (ciyee akhirnya yudisium jugaa) dan sudah pengumuman penempatan pula. Untuk temanku Tiara dan Febri. Untuk adekku Aditiiya, Dek Vava, Dek Riski, Dek Novita yang namanya mirip akuu, dan adek bea cukai tangguh kesayanganku Rumbati 32 (Dila, Cici, Tika, Tirta, Oliv). Untuk mas mbakku. Raaka rakanitaku Kak Suhe dan Kak Ais,  Mas Razaq kabid konsumkuu,  Mas Hasbi yg sadis abis waktu fokri, Mbak Achib kabid danship,  mbak keputiank Mbak Am, Mbak Zulfa, Mbak Feggy, Mbak Oky, Mbak Devi, Mbak Sally Kak Adhar PJ gugus Rumbati,  senior Rumbatiku Mas Yusuf, Mas Aryo, Mbak Zaza, Mbak Diy, Mbak Vivi, Mas Fawwaz Mbak Arifah kabid perkap,  Mbak Zana dan Hana kabid asistensi,  guru angklungku yg sabar Mas Luhur Mbak Fay Mbak Adani,  kakak PKL 406 Kak Erik Kak Novi Kak Maldin Kak Ilham.  Hayuk siapa yang belum disebut? MAAF TIDA

Muhasabah dari Pujangga Wordpress

Gambar
Jar, agak seringin nulis yak Tiap hari aku seneng kalau kamu ada post baru.  Anak ini engga ngaca emang ehehe. Berkali-kali aku cek  Fragmen Nurani namun belum ada tulisan baru sampai detik ini. Pun begitu yang kurasa saat pertama kali mengenal Rifqi, lebih semangat dalam menulis karena baru kali ini mempunyai teman penulis. Aku punya tiga teman yang masih aktif menulis di lamannya masing-masing. Rifqi, Khoi ft. Melina, dan Dhafin. Kebetulan akhir bulan Oktober ini aku akan menjalani DTU, jadi kunikmati saja waktu-waktu dimana aku bisa sering menulis ini, meskipun sebenarnya aku ingin menyelesaikan video project yang sebulan lebih tak kunjung rampung. " Mbak Fajar siapkan acara untuk seksi ya, nanti waktu dan tempat kabari aja," "Jar, pokoknya cinderamata besok harus udah ada ya, pagi-pagi aku tanyain," "Fajar kamu bagian edit video testi ya," "Untuk konsumsi besok gimana ya?" "Jar, konsep dekorasi gimana? Kumpul

Peduli Gempa & Tsunami Donggala

Gambar
Assalamu'alaikum Postingan kali ini ngga akan panjang dengan basa-basi. Seperti yang kita tahu, lagi-lagi gempa menggetarkan Bumi Pertiwi, kali ini di Tanah Sulawesi. Yuk uji rasa solidaritas dan kepedulian kita terhadap saudara-saudari kita yang sedang berduka dengan berdonasi. Di bawah ini ada beberapa jalur yang mungkin sedikit bisa membantu kita dalam menyalurkan sedikit materi kita kepada yang membutuhkan. Pun tak lupa selipkan doa untuk mereka agar diberi ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi ujian ini. Seperti yang kita tahu, gempa tak hanya meninggalkan kerugian materi. Banyak korban berjatuhan dan yang paling sering adalah meninggalkan trauma atau goncangan psikis tersendiri bagi kebanyakan korbannya. Ingat, harta yang kita punya cuma titipan loh, bukan sepenuhnya milik kita. Pun rejeki akan bertambah berkali lipat jika kita bersedekah. Tak perlu malu jika donasi yang kita berikan tidak banyak, justru malulah jika rejeki yang kalian mili

Cerita : Menunggu Hujan Reda

Gambar
Ini kali ketiga aku menawarkan tebengan untuk pulang bersama teman sepenanggungan Dan entah kali ke berapa aku menolak untuk di antar pulang oleh rekan yang lain. Maaf, saya keras kepala, masih ingin menjaga hati orang yang rajin menyakiti saya. Sore kemarin, langit benar-benar jauh lebih gelap dari biasanya. Aku memutuskan pulang lebih cepat untuk mengantisipasi hujan, pun tidak cuma aku, ada teman yang harus kulindungi dari dinginnya air hujan. " Tumben jar pulang jam segini ," sapa pegawai yang baru mengenalku belum genap satu minggu. Menggelikan memang. Dan benar. Hujan semakin deras ketika masih ada sepertiga perjalanan lagi yang harus kutempuh. Mau tak mau, kami basah ketika tiba di rumah singgah masing-masing. Ah, ada rasa tak enak di sana. Akupun segera mengirim pesan permintaan maaf. Dan ia masih bisa mengucapkan terima kasih. Wah, manis sekali. Hujan petang itu pun membuatku teringat akan beberapa memori yang kulalui tentang hujan. Ini memang

Catatan Introvert #1

Gambar
Manusia memang tidak pernah mau mengalah. Selalu merasa dirinya benar dan tidak pernah mau dianggap salah. Jika aku menemukan manusia seperti itu... Aku yang merasa malu. Malu kenapa harus mengenal sosok seperti itu. Dan jika sosok itu adalah aku, huh betapa memalukannya aku di mata orang lain. Tidak berharga.  Pokoknya... Kelak anakku ngga boleh jadi kaya gitu.  Ia dididik untuk menjadi alasan orang lain tersenyum dan bersyukur (seperti Bundanya), bukan untuk menyakiti orang lain karena egoisme yang menguasainya hingga menganggap ideologi yang ia anutlah yang paling benar.  Manusia selalu menilai.  Penilaian orang pendiam sepertinya lebih akurat daripada penilaian orang yang banyak bicara. Teman, kalian harus peka. Jangan bangga jika kalian mempunyai kawan yang selalu mengalah. Sesekali, tanyakan padanya. Apa yang sebenarnya dia inginkan. Apa yang dia rasakan. Apa yang menjadikannya beban. Karena kalian tak akan pernah tahu... Apa saja yang telah i

Mendung (Lagi)

Gambar
Bismillah...  Peringatan : Aku memilih aliran seperti ini dalam menulis, lepas seperti di LINE. Jika kurang berkenan, terima kasih telah sempat singgah. Namun, jika berkenan, terima kasih telah menyempatkan membaca sampai selesai. Ini hari kesekian dimana aku merasa tidak tidur dengan baik. Aku merutuki diriku sendiri yang terlalu bersikap overthinking hingga tak dapat beristirahat dengan nyaman, pun aku sedang dalam mode tidak ada yang bisa diajak berbagi . Pernah suatu siang dimana mungkin aku berada di titik terlelahku, aku tak sengaja tertidur di mushola dan saat terbangun seorang ibu menyapaku " tadi yang di mushola fajar ya? Keliatan pulas banget, ". Hmm dari situ aku merasa, ada yang salah dengan diriku karena tak biasanya bisa seperti ini. " Fah, udah bangun? " rutinitas Ibu di hari kerja. Iya, aku masih suka dibangunkan Ibu, sayangnya sekarang hanya dilakukan secara virtual . Ibu menulis pesan dari Karanganyar untukku di Cianjur tiap pag

Kata Ummi ...

Kata Ummi, Menikah itu tidak sesederhana aku dan kamu bersatu. Bukan hanya soal nanti ada yang ngebonceng. Bukan hanya soal menghilangkan kesepian. Bukan hanya soal membagi beban, karena kamupun sangat mungkin juga ingin membagi beban yang lain. Menikah tidak sesederhana membuat foto nikahan paling hitz. Atau merasa senang banget karena akhirnya punya imam pribadi Bukan cuma itu Menikah juga tentang bagaimana ibumu bisa memilihku sebagai asisten pribadinya, Bagaimana ayahmu bisa dengan senang memperkenalkan aku di hadapan rekan-rekannya , Bagaimana aku bisa menjadi sahabat untuk saudara-saudaramu , Dan bagaimana aku bisa tetap memberi dalam keadaan selelah apapun Menikah tidak sederhana bukan? Setidaknya aku harus tau bagaimana menjawab pertanyaan anak kecil yang bertanya tentang wujud Allah Setidaknya aku harus tau bagaimana membujuk anak laki-laki untuk tekun belajar sebelum ujian Setidaknya aku harus bisa mengenalkan, mana air yang suci, mana yang bisa men

Cerita : Hidup Bersama Tuan Putri

Gambar
Senja kala itu Alfa sedang beristirahat dari penatnya kehidupan dengan menikmati angin yang berhembus di tepi sungai. Mungkin bisa dibilang melamun, karena kehadiran Saka sama sekali tak ia sadari. " mikirin apa ," tanyanya tanpa basa-basi. " eh, mengejutkanku saja, gimana udah selesai urusannya? " kilah Alfa. " mikirin apa? " tanyanya lagi. " ngga ada ," jawab Alfa memalingkan muka. Dia memang selalu berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk pertanyaan sepele yang tak perlu dijawab. " baiklah mari kita lihat bagaimana reaksi Bunda jika tahu kamu menyembunyikan sesuatu sendiri ," pancingnya sembari hendak berdiri meninggalkan Alfa. Bunda adalah sosok yang hatinya sangat Alfa jaga. " ngga penting, ini cuma masalah sepele, kenapa kamu harus tau semua urusanku ?" Lagi. Saka memang tau cara bagaimana membuat Alfa tersudut. " urusanmu jadi urusanku juga, aku berhak tau semua yang menjadi

Tetap Bertahan

Gambar
Tak pernah kusangka Tak pernah kuduga Kita kan berjumpa dan telah bersama Entah kenapa, aku teringat lagu yang kental dengan iringan musik Melayu itu. Malam itu seperti biasa aku menceritakan sesuatu yang membuatku senang dan sesuatu yang membuatku sedih pada rekan seberang ruanganku. Yah, aku rasa bercerita sekarang menjadi kebutuhanku mengingat kondisiku saat ini. Syukurnya, rekan-rekanku tak pernah keberatan mendengarku, justru aku dianggap tidak baik-baik saja jika berubah menjadi pendiam. " Kak minggir deh ," usirku. Padahal itu tempat duduknya. " Kenapa ?" tentu saja dia keberatan dengan tingkahku. Ah tidak sepenuhnya, dia selalu mengerti kegelisahan adik kerjanya ini. " Diam dan dengarkan ," titahku. Dih otoriter sekali, siapa yang ngajarin? " Apaan ?" haha sepertinya dia makin bingung. Pekerjaannya sehari-hari adalah mendengarkan musik. Terkadang ia merekomendasikan musik seleranya padaku, tapi sampai sekarang aku be