Fajar itu Cahaya Putih (1/2 : Arti Sebuah Nama)

Assalamu'alaikum gaes

Kali ini diriku sedang ingin sharing sesuatu yang tidak penting, jadi kuharap kalian mempertimbangkan ini jika ingin membacanya.


Related image


Tepat 20 tahun yang lalu telah lahir bayi perempuan di kala fajar terbit. Dan di kemudian hari, ayahnya memberi nama Fajar Afifah agar mudah diingat. Jika mendengar nama Fajar banyak orang yang mengira anak itu laki-laki. Bukan, bukan seperti itu. Sang ayah memberi dia nama Fajar bukan karena mengira anaknya laki-laki, ataupun sedang menginginkan anak laki-laki namun tak terwujud. Sang ayah memberi nama Fajar karena putri kecilnya lahir di pagi hari. Dan Afifah artinya gadis yang suci, yang mulia, dan menjaga kehormatannya. Ya, sesederhana itu harapan sang ayah untuk putri pertamanya.

Hingga saat dia mulai menempuh pendidikan, dan ketika orang bertanya "Siapa nama lengkapmu?", si putri kecil ini menjawab dengan yakin "FAJAR AFIFAH". Namun, terkadang ada saja orang yang merasa nama itu kurang panjang dan kemudian dengan ragu menanyakan kembali "sudah?", si putri kecil ini hanya tersenyum dan mengatakan "itu sudah nama lengkap saya pak/bu,". Suatu saat, si putri pernah bertanya kepada ayahnya, mengapa namanya terlalu pendek, walau sebenarnya si putri tidak keberatan karena saat ujian dia lebih cepat mengisi identitas.. hehe.. Sanga ayah pun menjawab dengan sederhana "buat apa nama panjang-panjang kan yg disebut juga nama depannya aja,". Dan sekarang gadis itu berterimakasih kepada sang ayah, berkat nama panjangnya yang pendek, orang-orang dengan mudah menghapalkan nama panjangnya, meskipun baru kenal. Bahkan terkadang, orang menyapanya dengan nama lengkap. ^^

Aku pernah mendengar, ketika ada nyawa yang dihidupkan, pasti ada juga yang dimatikan pada waktu yang sama. Begitu pula 20 tahun lalu. Setelah si anak mulai mengerti, sang ayah menceritakan bahwa ibu dari ayah (neneknya Fajar kecil) meninggal ketika putri kecil ini lahir, bedanya jika si anak lahir saat fajar terbit, sang nenek pergi meninggalkan sang ayah untuk selama-lamanya saat fajar tenggelam. Si putri kecil ini sedikit sedih mendengarnya, bahkan sempat terpikir ini salahnya (namanya juga anak polos), pasti sosok nenek sangat berarti untuk sang ayah. Ayah mana yang tak menangis bahagia ketika putri pertamanya lahir. Dan anak mana yang tak menangis sedih ketika ditinggal pergi ibunya untuk selama-lamanya. Si gadis akhirnya mengerti bahwa ayahnya sangat menyayanginya karena "persambungan nyawa" ini.

Suatu hari si gadis ini mengunjungi tempat peristirahatan terakhir neneknya, dan benar saja, tertulis tanggal 4 Agustus di nisan sang nenek. Namun, tahun yang tertulis 1998, sedangkan si gadis lahir tahun 1997, munculah pemikiran, siapa yang salah dan mana yang benar? Petugas dukcapil atau pembuat batu nisan? (tuh kan mulai gaje). Begitu juga hari, telah berpulang dokter muda yg terkenal melalui acara dr. OZ Indonesia, dr. Ryan Thamrin. Tentu saja kepergiannya mengundang tanda tanya karena dokter muda yang belum menikah ini dikabarkan meninggal sebab kesehatannya yg terganggu. (nah malah jadi gosip). Skip ~~

Suatu ketika gadis ini memasuki dunia baru, dunia perkuliahan di mana ia harus merantau ke pinggiran ibukota. Dan saat itulah sangat banyak orang mengiranya seorang laki-laki karena dia cukup aktif bercuit di sosial media. Padahal kenyataannya penampilan dia sama sekali tak mirip laki-laki, mungkin hanya saja tingkahnya yang simple dan lebih akrab jika berkomunikasi dengan laki-laki. Pergolakan batin pun terjadi. Di satu sisi Sang Pencipta mengharamkan hubungan dengan lawan jenis yang bukan mahram secara berlebihan, di sisi lain dia lebih merasa aman jika berada di kubu ikhwan. Tentu saja ia tak ingin melawan takdir, meskipun sebelumnya ia sempat ingin menjadi ikhwan. (Yah OOT lagi kan)

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.