Ngebet Pergi ke Tebet
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Di hari pertama Ramadhan 1439H yang sekaligus bertepatan dengan bertambahnya umur + berkurangnya usia adikku satu-satunya ini aku ingin mempublish postingan yang udah lama setengah jadi ada di draft. Dan entah mengapa, sedikit curhat, untuk kedua kalinya ketika adikku sedang mengalami hari penting, Allah Swt mengujiku dengan kecerobohanku. Mungkin Allah Swt ingin tahu seberapa peduli aku dengan adikku dan sedikit menegurku karena telah menjadi kakak yang kurang baik untuknya. Alhamdulillah, meskipun dia sering menyebalkan, tapi dia adalah ikhwan terbaik kedua setelah ayahku, ditunggu ikhwan ketiganya. :) Dan untuk pembaca, doakan agar adikku mendapat kampus yang baik untuknya sesuai dengan ikhtiar yang ia lakukan, sebagai kado di delapan belas tahun dia mengarungi lika-liku hidup. Aamiin.
Oiya sore ini juga merupakan pengumuman panitia dinamika 2018. Barakallah untuk adik-adik Rumbati 32 yang terpilih menjadi rakanita, semoga kalian amanah dan lebih hebat dari Rakanita kalian sendiri. hehe. Maaf belum bisa berkumpul lagi.
Bekasi, 19 Agustus 2017
Hollaps postingan kali ini untuk mengisi kegabutan
di weekend pertama saat PKL.. Oiya FYI aku PKL di KPP Pratama Pondok Gede, Bekasi selama 3 minggu. Jadi yaa gitulah kalo weekend bingung mau ngapain. Dan
kali ini special bahas teman pertamaku di D1 Pajak yg kebetulan bulan ini dia
bertambah tua meskipun fisiknya masih sering kusebut bocah. Bocah satu ini
usianya setahun kurang sehari lebih muda dariku. Kecil-kecil gini idenya banyak
dan udah pernah masuk kantor jadi udah pro lah dia kalo kuliah di sini.
Flashback bentar, 2 minggu yg lalu temanku ada yg
berbaik hati mencarikan pinjaman ponsel untuk dipakai selama Dinamika (ospek kampus). Tanpa
basa basi, thank you so much kepada Nurrizky Achmad yang telah banyak kurepotkan
walaupun ku tau kamu aslinya keberatan karna selalu protes saat ku minta
pertolongan wkwkw.. Saat mendekati Dinamika memang aku hectic karna ponselku bawel
sangat, mungkin dia terlalu lelah. Jadi baterainya cepat abis gitu, dan butuh waktu
lama buat ngecharge. Entah chargerku yang rusak, atau bateraunya yg rusak,
atau apanyalah ku tak mau tau. Ku sudah coba cari pinjaman sana sini, post di
grup yang kira-kira orangnya ku kenal dan masih di Bintaro (saat itu banyak yg
pulang kampung untuk libur semester sebelum PKL). Sayangnya belum dapat
bantuan. Hingga akhirnya 5 Agustus lalu Rizky ini ngabarin kalo dia insyaAllah
bisa meminjamkan HP, bukan HP dia sih, tapi HP temannya yg sepertinya tidak ku
kenal bahkan tidak kuliah di kampus yang sama. Oke jadilah saat itu
ia mengantarkan ponsel tersebut ke tempat sodaraku (udah gak kost karena
tergusur). Duh ngrepotin banget yak, udah minta dicariiin pinjeman masih
disuruh nganterin ke Pondok Aren. FYI juga Rizky ini anak PP (pulang-pergi) yg asalnya dari Tebet dan waktu
itu dia sering maen ke luar kota. Apalah aku ya ky yg ngabdi mulu wkwkwkw.
Waktu berlalu dan Alhamdulillah Dinamika berjalan
dengan lancar karena bisa share info dan respon mibaku dengan segera. Jadi dulu
sebelum dapat pinjaman ponsel aku tergolong rakanita (sebutan untuk pembina perempuan) yg slow respon, saat
mereka masuk grup pun baru aku sambut saat udah full member (kecuali Alma saat
itu bergabung keesokan harinya), baru bisa bales chat mereka malem hari setelah
pulang dari simulasi dan itupun aku langsung buka laptop untuk line on pc dan
betapa ketinggalannya aku. But, matur suwun juga pakdhe yg udah menyediakan wifi
di rumah jadi ngga tambah ngenes amat. Anak-anakkku lebih sering dapat info
dari teman seangkatannya daripada rakanitanya sendiri.. Maafkan ku sayang
heuuuu…
Dan hari ini aku memantabkan hati untuk pergi ke Tebet sendirian, bagaimanapun caranya. Pada awalnya, ayahku sempat melarang
karena aku tidak tau jalan dan perginya sendirian. Beliau menawarkan untuk
meminta tolong om ku untuk mengantarkan, tapi aku mati-matian mencegahnya dan
meyakinkannya jika aku bisa kesana sendiri. Ku sudah berusaha mencari teman
tapi karena di Bekasi ini tempat tinggal teman-temanku berjauhan, jadi cukup
sulit mendapat teman untuk sekedar jalan bareng. Sesuai permintaan, aku meminjam HP itu selama Dinamika dan realitanya ini udah seminggu PKL berarti seminggu setelah Dinamika
dan aku tak mungkin menyuruh Risky ke Pondok Gede karena yang berkepentingan
aku tetapi malah selalu merepotkan dia. Itulah alasan yang membuatku ngebet
pergi ke tebet. Tebet ya bukan Tibet hehe krikkrik.. ngebet sendiri artinya
berkemauan kuat, kalo ngga ini ya ngga, kalo harus sekarang ya harus, kurang
lebih gitu.
Sebelumnya aku bertanya pada Nirvana, pribumi yang
baik banget selalu membantuku selama PKL di Bekasi. Aku diarahkan untuk
menggunakan angkot 02 sekali jalan sampai Stasiun Bekasi langsung, bahkan
diberi tau bangunan sebelum stasiun itu sebagai patokan supaya aku bisa tau
kapan aku harus bersiap turun. Oke keliatannya simple dan mudah, iya memang,
tapi waktu yg diperlukan lebih dari satu jam dengan arus kendaraan lancar,
meskipun ada sedikit proyek pembangunan jalan. Sebelum tiba di stasiun memang
aku melewati Grand Metropolitan, M Gold Tower (gedung kpp pondok gede), mall-mall
tinggi dan Stadion Bekasi, seperti yang diceritakan Nirvana. Berangkat pukul
10.45 dan tiba di stasiun sekitar pukul 12.00, kuberikan 3 lembar uang 2000an
pada supir angkot yang sedari tadi sibuk dengan telfonnya. Tanpa mengulur waktu,
segera mencari tiket dan kebetulan ada KRL yang telah menunggu. Dari Stasiun Bekasi dengan KRL tujuan Jakarta Kota transit di Stasiun Manggarai ke peron 6.
Dilanjutkan KRL tujuan Bogor yang kemudian berhenti di Stasiun Tebet.
Sepanjang perjalanan aku berusaha menghubungi Rizky namun sedang tidak direspon. Hingga akhirnya saat tiba di stasiun Tebet aku memutuskan untuk shalat Dhuhur dulu sembari menunggu kabar darinya. Tak disangka, setelah selesai shalat kudapati banyak panggilan masuk dari bocah ini. Kutemukan dia di pintu masuk dan terlihat "Weh itu beneran Rizky temenku ngga sih?" kenapa? yak siapapun yang kenal Rizky kalo baca ini jangan ngecengin. Saat itu dia terlihat 2cm sedikit lebih tinggi berjalan dengan rambut yang sedikit berantakan tak lupa headset bertengger di telinga dan tangannya ia masukkan ke saku hoodie. Ya, mirip karakter tokoh anak kota yang sok cool gitu. Oke setelah makin dekat, ini memang Rizky temanku yang care tapi ngeselin. Karena dia dikejar acara lain, aku langsung saja memberikan ponsel yang ia pinjamkan dan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Jarang loh ada orang sebaik dia. Note.
Aku langsung memintanya pulang karena khawatir acaranya akan terganggu tapi dia menolak pergi sebelum aku benar-benar pulang. Baiknya nggak ketulungan karena awalnya dia ingin ke Pondok Aren lagi agar aku tak perlu jauh-jauh ke Tebet. Look, how lucky i am. Aku pun berkata padanya agar meninggalkanku karena aku hanya sekedar ingin membeli minum di depan stasiun agar tak kesorean. Tapi lagi-lagi dia menolak dengan dalih, "udah gapapa, kamu bukan orang sini, entar kalo kenapa kenapa siapa yang nanggung?". Nah di situ ku mulai menggerutu, ini yang bocah siapa? Tapi tetep kekeuh nganterin nyari minum.
Hingga akhirnya dia baru pergi setelah aku masuk ke dalam stasiun dan meneruskan perjalanan panjangku kembali ke Bekasi. Itu pertama kalinya aku berpergian jauh sendiri menggunakan KRL. Dari sini aku sadar, nggak semua anak kota, terutama Jakarta punya karakter sombong atau apalah itu. Bahkan dia bisa diandalkan. Contohnya Rizky dan Nirvana. Dua teman jeniusku di Bintaro yang sangat rendah hati dan ringan tangan meskipun mereka anak metropolitan.
Sekian cerita dariku. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Wassalamu'alaikum
Sepanjang perjalanan aku berusaha menghubungi Rizky namun sedang tidak direspon. Hingga akhirnya saat tiba di stasiun Tebet aku memutuskan untuk shalat Dhuhur dulu sembari menunggu kabar darinya. Tak disangka, setelah selesai shalat kudapati banyak panggilan masuk dari bocah ini. Kutemukan dia di pintu masuk dan terlihat "Weh itu beneran Rizky temenku ngga sih?" kenapa? yak siapapun yang kenal Rizky kalo baca ini jangan ngecengin. Saat itu dia terlihat 2cm sedikit lebih tinggi berjalan dengan rambut yang sedikit berantakan tak lupa headset bertengger di telinga dan tangannya ia masukkan ke saku hoodie. Ya, mirip karakter tokoh anak kota yang sok cool gitu. Oke setelah makin dekat, ini memang Rizky temanku yang care tapi ngeselin. Karena dia dikejar acara lain, aku langsung saja memberikan ponsel yang ia pinjamkan dan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Jarang loh ada orang sebaik dia. Note.
Aku langsung memintanya pulang karena khawatir acaranya akan terganggu tapi dia menolak pergi sebelum aku benar-benar pulang. Baiknya nggak ketulungan karena awalnya dia ingin ke Pondok Aren lagi agar aku tak perlu jauh-jauh ke Tebet. Look, how lucky i am. Aku pun berkata padanya agar meninggalkanku karena aku hanya sekedar ingin membeli minum di depan stasiun agar tak kesorean. Tapi lagi-lagi dia menolak dengan dalih, "udah gapapa, kamu bukan orang sini, entar kalo kenapa kenapa siapa yang nanggung?". Nah di situ ku mulai menggerutu, ini yang bocah siapa? Tapi tetep kekeuh nganterin nyari minum.
Hingga akhirnya dia baru pergi setelah aku masuk ke dalam stasiun dan meneruskan perjalanan panjangku kembali ke Bekasi. Itu pertama kalinya aku berpergian jauh sendiri menggunakan KRL. Dari sini aku sadar, nggak semua anak kota, terutama Jakarta punya karakter sombong atau apalah itu. Bahkan dia bisa diandalkan. Contohnya Rizky dan Nirvana. Dua teman jeniusku di Bintaro yang sangat rendah hati dan ringan tangan meskipun mereka anak metropolitan.
Sekian cerita dariku. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Wassalamu'alaikum
Komentar
Posting Komentar