Mampir FDC Sebelum Yudisium

Assalamu’alaikum sobat yang senantiasa berbahagia 

Pada kesempatan yang gabut ini, ketika yang lain kuliah dan kami para alumni (Alhamdulillah resmi alumni) malah pulang kampung, you know lah, hehe..  Aku akan menceritakan sebuah hal yang tak aku rencanakan, tapi terjadi. Karena tak semua hal yang terjadi harus direncanakan *oke abaikan.

Rabu, 13 September 2017
Pagi itu aku sedang bermalas-malas ria di rumah sodara dan sebuah telefon  ditambah pesan masuk dari WA menyadarkan kegabutanku. Ternyata dari FDC, ya aku telah lama berencana mengunjungi tempat ini tapi belum terlaksana karena alasan klasik, sibuk kuliah. Mungkin alurnya terlalu cepat hingga kalian bertanya, FDC itu apa kak? Tenang, kalem, kuasai. Biar kujelaskan.

Family Dental Cosmetic (FDC) merupakan sebuah klinik gigi terpercaya yang mempunyai beberapa cabang di Jakarta, salah satunya di Pondok Aren. Untuk kalian anakSTAN  yang tidak asing dengan Harmony Swalayan Ceger, nah FDC Pondok Aren ini ngga jauh koq dari situ, tepatnya  di sebelah BEAU, keluar dari gerbang belakang PJMI lalu belok ke kiri sedikit. Keunggulan dari klinik gigi ini diantaranya banyak banget promonya dan tetap ditangani dokter gigi yang ahli di bidangnya. Banyak juga selebgram yang sudah berkunjung ke klinik gigi ini. For more information kalian bisa langsung kunjungi websitenya di http://familydentalcosmetic.com


Sekitar pukul 10.30 WIB aku telah tiba di TKP, tentu saja setelah melakukan reservasi via online. Saat itu aku mendapat nomer antrian 12, wah nomer presensi di kelas, jadi pengen kuliah lagi, hadeh baper. Selang beberapa menit menunggu di ruang tunggu yang cukup nyaman, aku dipanggil seorang mbak-mbak (?) untuk menemui dokter. Dan tibalah saat penghakiman. Hehe.. Ngga koq, dokternya ngga serem sama sekali, baik malah.  Awalnya aku hanya berniat untuk konsultasi karena berminat melakukan perawatan ortho. Namun, dokter berkehendak lain. Setelah mengecek kondisi gigiku yang yaahhh kalian tau hampir tidak dapat ditolerir, dokter menyarankan untuk mencabut gigi susu depan yang telah goyang dan dinilai tidak estetik., dan dua gigi geraham bawah yang sudah tinggal akar. Iya, aku juga baru tau ternyata di usia yang sekarang ini aku masih mempunyai gigi susu yang belum tanggal. Seketika aku sedikit bingung dan panik, karena..

SATU JAM LAGI AKU HARUS MEMPERSIAPKAN YUDISIUM

Kuulangi

YUDISIUM

Iya, hari itu adalah hari dimana mahasiswa D3 2014 dan D1 2016 jurusan Perpajakan melaksanakan yudisium. Bahkan aku ke klinik gigi dalam kondisi siap yudisium ; bersepatu pantofel, rok hitam, jilbab hitam, dan kubawa kemeja putih di dalam tas. Aku tak sanggup membayangkan jika harus bertemu teman-teman satu jurusan dengan kondisi gigi depan bagian atas yang baru dicabut. Salah sendiri, reservasi aja deadline! Ya, sudah kusinggung di atas, ini di luar rencanaku. Meskipun pada akhirnya aku meng-iya-kan saran dokter. Takut sakit juga sih. Terbayang saat ku kecil cabut gigi di puskesmas dan kerasa banget nyabutnya, padahal mulut udah kebas kena bius juga. Apalagi saat dokter bilang “suntik bius dulu ya? Kecil banget koq, ngga sakit” seketika aku merasa jadi bocah lagi yang kepikiran “bapak aku harus gimana” sayangnya, bapak di kampong dan paling ngga percaya kalo dokter mau nyuntik bilang “ngga sakit koq, paling kaya digigit semut” tapi kenyataannya suntikan yang terakhir aku rasakan menusuk tulang lengan kiriku (tubuh tak berdaging, hehe) saat SD. 

Namun ternyata kali ini beda, bener-bener ngga berasa dicabut. Setiap terasa sakit, sang dokter memerintahkan untuk mengutarakan apa yang aku rasakan, hingga aku di bius 2 kali, hadeh malah doyan. Hingga tak berselang lama sang dokter memerintahkan untuk menggigit sesuatu yang disebut obat tapi lebih mirip kapas yang bentuknya seperti maaf, kapas r*kok, fiks ngawur, untuk mempercepat penyembuhan luka bekas pencabutan tadi. Dan proses pencabutan selesai tapi aku kira malah belum mulai karena sangat tidak terasa, beneran deh. Oiya karena awalnya aku berniat perawatan ortho, dokter memberiku surat rujukan untuk rontgen gigi agar dokter bisa menganalisa posisi gigiku yg diperkirakan masih kurang sepasang untuk bagian atas. 

Biaya Cabut Gigi= Rp 150.000,00
Biaya Adminitrasi= Rp 35.000,00
 
Meskipun aku sempat meminta masker dan dokter memberiku kapas obat tambahan jika pendarahan belum berhenti, tapi tetap saja harus kulepas saat yudisium. Ternyata semua tak seburuk yang kubayangkan. Tak ada satupun temanku yang menyadari gigiku dicabut, akupun tidak merasa sakit atau ngilu, dan yang lebih menghibur lagi, aku lebih nyaman setelah gigi itu dicabut karena memang sudah tidak  berfungsi sehingga cenderung mengganggu. Nice treatment, love it!

Hikmah yang diambil dari sedikit kegajean di atas adalah jagalah gigi kalian baik-baik. Jangan di anggap sepele ya sobat. Sikat gigi dua kali sehari dan cek kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali. Karena kalau sampai sakit, hmm naudzubillah ya. Pilih mana, sakit gigi apa sakit hati? Yah malah kaya lagu dangdut. Segera konsultasikan ke dokter gigi jika mengalami masalah pada gigi kalian. Selamat menunggu cerita selanjutnya..

Wassalamu’alaikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.