Di Balik Lengkung Senyuman

Assalamu'alaikum kawan
Sebelumnya barakallah buat semua temanku, adek-adekku, dan mas-mbakku yang pekan ini sudah resmi lulus dari PKN STAN (ciyee akhirnya yudisium jugaa) dan sudah pengumuman penempatan pula.
Untuk temanku Tiara dan Febri.
Untuk adekku Aditiiya, Dek Vava, Dek Riski, Dek Novita yang namanya mirip akuu, dan adek bea cukai tangguh kesayanganku Rumbati 32 (Dila, Cici, Tika, Tirta, Oliv).
Untuk mas mbakku. Raaka rakanitaku Kak Suhe dan Kak Ais, 
Mas Razaq kabid konsumkuu, 
Mas Hasbi yg sadis abis waktu fokri,
Mbak Achib kabid danship, 
mbak keputiank Mbak Am, Mbak Zulfa, Mbak Feggy, Mbak Oky, Mbak Devi, Mbak Sally
Kak Adhar PJ gugus Rumbati, 
senior Rumbatiku Mas Yusuf, Mas Aryo, Mbak Zaza, Mbak Diy, Mbak Vivi, Mas Fawwaz
Mbak Arifah kabid perkap, 
Mbak Zana dan Hana kabid asistensi, 
guru angklungku yg sabar Mas Luhur Mbak Fay Mbak Adani, 
kakak PKL 406 Kak Erik Kak Novi Kak Maldin Kak Ilham. 
Hayuk siapa yang belum disebut?
MAAF TIDAK BISA MEMBERI BUNGA DAN BERHALANGAN HADIR.

========================================================

Tau ngga sih gengs, senyum kita untuk saudara kita itu bisa jadi obat loh. Bisa jadi self healing untuk kita karena membuat keadaan kita seakan baik-baik saja. Senyum itu ibadah. Dan sedekah yang paling sederhana itu tersenyum. Jadi, jangan pelit senyum ya untuk sodara kita.
Bisa jadi, orang yang sedang kalut menjadi lebih rileks ketika melihat senyum kalian.
Bisa jadi, orang yang perasaannya sedang gundah menjadi lebih tenang ketika melihat senyum kalian.
Bisa jadi, orang yang sedang lemah menjadi lebih kuat ketika melihat senyum kalian.

"Fajar sekarang udah bahagia ya?" sebuah pesan yang tak terduga masuk dari salah seorang pegawai di kantor lama.
Aku terdiam. Kaget iya. Sedikit terharu. Bingung apalagi. Salut ngga ketinggalan *loh

Mungkin beliau masih teringat gimana cengengnya saya ketika menangis di kantor saat hari terakhir magang hingga bapak kasi pun bingung atas tingkah kekanakanku.

Mungkin beliau masih teringat gimana bingungnya saya ketika berusaha beradaptasi di tempat yang baru.

Atau mungkin beliau ternyata diam-diam memperhatikan gerak-gerik saya *halah

Dan aku masih ingat cara beliau menenangkanku, "udah jar, ngga usah nangis, tidak ada kesedihan yang abadi, begitu juga kebahagiaan," pesannya sambil berlalu untuk absen pulang sore itu, meninggalkanku yang masih berusaha menyembunyikan jejak tangis dengan tisu pemberiannya. *drama banget idup gue


Aku jadi teringat saat dimana libur akhir pekan beberapa bulan yang lalu, untuk pertama kalinya aku dan Kak Latvia menghabiskan libur bersama, karena biasanya aku selalu seorang diri jadi penunggu kost. Waktu itu kami berada di tempat makan, menanti menu rapel sarapan dan makan siang, weekend memang membuat rasa malas meningkat, butuh doa yang lebih. Kemudian ia membuka pembicaraan mengenai teman lamanya yang bersikap tak terduga lalu menyuruhku untuk membaca Twitter orang tersebut dan meminta pendapatku tentang apa yang terjadi dengan temannya. Tapi, aku tak bisa berkomentar lebih.

Aku hanya menambahkan cerita yang hampir serupa. Tentang teman kami yang terlihat seenaknya namun sepertinya memiliki masalah yang tak kalah beratnya.

Aku pun hanya tersenyum dan sedikit memberi kesimpulan, "memang kita tak pernah tahu kak, yang kelihatannya biasa dan kalem-kalem aja terkadang menyimpan beban yang tak terduga, yang penting bersyukur aja"

Yang kudapat? Respon lebih tak terduga, "iya jar, fajar juga gitu ya? Fajar yang sabar  ya"

"Eh hehehe" aku hanya menjawabnya dengan tawa hambar dan melanjutkan makan kami.

Lagi. Perpisahan pegawai yang mutasi kali ini tak ada air mata, berbeda saat aku magang dulu, mungkin karena kami masih pemula. Satu diantaranya mengundang tanya dan kesimpulan sore itu.
"Percaya engga, orang yang ceria banget kaya gitu aslinya malah cengeng loh. Justru yang biasa-biasa aja gitu lebih ngga gampang nangis," ucap seorang pegawai.
Aku hanya diam karena memang itu rahasia umum. Tidak mengelak, pun tidak mengiyakan.
Tak lama mata itu menatapku, akupun menatapnya bingung seolah tak paham maksud tatapannya.
"Kamu juga kan?" vonisnya.
"Apa?" tanyaku memastikan.
"Kamu cengeng kan?" tanyanya.
"Iya keliatan," tutupnya.
Aku pun mengedarkan pandanganku, lalu apa salahnya jika aku mudah menangis dibalik tawaku?

Aku mendapat sebuah kutipan bagus, lagi-lagi dari Line, mungkin kalian pengguna Line tak asing dengan OA 9996. Akun yang pemiliknya misterius ini sering menuai pujian dalam setiap tulisan yang ia tuangkan. Tidak pernah tidak bagus, begitu kata netizen.

Tentu saja kamu jarang menemui orang-orang yang terlihat sedih.

Kamu mungkin tidak tahu orang yang paling suka tersenyum, malam-malamnya dihabiskan dengan menangis sampai ketiduran.

Seorang ibu muda yang kamu temui di kereta mungkin saja sedang memendam banyak sekali persoalan dalam kepala.

Kawanmu yang paling keras tertawa mungkin saja sedang kalut karena permasalahan di rumah.

Atau mungkin malah kamu sendiri yang selalu menjawab baik-baik saja tiap kali ada yang bertanya kabar, padahal sedang lelah dan hampir rebah.

Kesedihan punya banyak wajah.


Kesedihan membuatmu pandai berpura-pura sebab tidak semua orang betulan peduli, sebab beberapa orang lebih suka mencaci maki.

Tidak ada yang tahu kedalaman hati manusia.

Tidak pernah rugi untuk sekadar bersikap baik dan meringankan hari-hari mereka.



—9996
#9996Series

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.