Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti

Untukmu yang telah menjalani hidup selama dua puluh tahun.

Tak terasa sudah bertemu dengan bulan Desember lagi.
Hampir genap 365 hari yang lalu, untuk pertama kalinya kita bertemu. Dan mungkin, tidak genap dua puluh hari kita bertatap muka. Aha, hanya lima kali yang kuingat dan bisa kuhitung.
Dan selama itu, aku benar-benar merasakan sulitnya untuk sekedar berteman denganmu, Manusia Batu.
Detail sekali, apa aku selalu memperhatikanmu? Tidak, tidak sama sekali, saat itu.

Entah kapan dan bagaimana
Aku tak sadar pada akhirnya kita mulai saling mengenal dan sedikit dekat, iya sedikit saja.
Aku tak tau jika terlalu dalam mengenalmu, bisa sedalam apa juga lukaku nantinya.

Aku menerimamu sebagai teman, seperti yang lain, emm itu awalnya.
Entah betapa bersyukurnya aku waktu itu.

Kini semuanya berbalik.
Mungkin inilah yang disebut kepastian, kepastian untuk tak saling menggenggam, belum jodohnya.
Ahh, ternyata menaruh hati padamu lebih menyakitkan daripada mengagumi seseorang dalam diam lalu bertepuk sebelah tangan, seperti yang biasa kualami.
Ya, aku memang mudah mengagumi, tapi tak mudah jatuh hati.


Aku pernah menemukan tulisan lucu.
Terkadang seseorang yang kamu anggap orang yang tepat, harus berakhir menjadi sesuatu yang cukup diingat.
Dan itu terjadi padaku.
Mungkin, kamu lebih tepat untuk akhwat lain.

Aku tak tau, mengapa aku jadi selemah ini.
Terkadang, aku merasa kikuk melihat orang yang bernama sama denganmu.
Aku heran, mengapa banyak sekali orang bernama sepertimu saat aku ingin terlepas darimu.
Padahal, seingatku dulu hanya kamu yang memegang nama itu.

Detik ini aku hanya bisa berharap.
Semoga aku bisa mengabaikanmu dan kembali seperti dulu. Cukup saling tahu.
Lalu menjalani hari-hariku yang sedikit penat dengan senyuman, meskipun tanpa notifikasi darimu.

Sehat selalu ya.
Yang lillahi Ta'ala kerjanya.
Jangan gampang emosi biar tensinya ngga tinggi.
Jangan gampang blokir orang mulu, nanti kena blokir lagi.
Jangan mainin hati anak orang lagi kalo belum berani dateng ke rumahnya buat nembung.

Bersyukur aja masih deket sama abah ambu juga kakak adikmu.
Oh ya, setiap kau membuatku sedih, aku selalu mendoakan agar adikmu tak mengalami hal yang sama denganku.
InsyaAllah aku kurangin bad mood nya, unsend nya, gabutnya, gajelasnya, wacana pulangnya, overthinkingnya, keselnya, bosennya, keluyurannya. Aku banyak buruknya ya wkwkwk.
Jazakallahu khairan katsiran sudah berbagi ilmu dan mau mendengar keluh kesah tak penting ini.

Jika ada masalah dengan seseorang, selesaikan masalahnya, bukan hubungannya.
Pun denganku, jika kau bermasalah denganku, bicarakan saja. Jangan selesaikan hubungan pertemanan ini.

Barakallahu fii umrik
Selamat memasuki kepala dua, Abangnya Kiana.

Dariku yang satu tahun empat bulan enam hari lebih tua darimu.


--------------------------------------------------------------


Oh ya, tambahan dikit...
Bukan aku yang terlalu ingat hari lahirmu, tapi lingkunganku yang terlalu peduli padamu.
Tak jarang temanku menanyakan kabarmu.
Kemarin, "tebak siapa yang hari ini ulang tahun?" tanya rekanku pagi-pagi setelah absen. Aku mencoba mengingat, namun sepertinya kedelapan temanku tidak ada yang lahir bulan Desember.
Hari ini, "Jar, si Tuan Diktator (nama disamarkan) kemarin ulang tahun lho,"  ucap rekanku yang lain, yang notabene hubungan kami tak dekat saja bisa berkata begitu.
Hmmm... Apakah alam tak merestui jika aku ingin beranjak darimu? Apakah alam senang melihatku tersiksa dengan perasaanku sendiri?
Karena aku lelah dengan semua sikapmu yang tak mempedulikan diriku sebagai wanita yang rapuh hatinya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.