Cerita : Sabtuku Bersamamu

Assalamu'alaikum

[Ini adalah sebuah draft, awal dari sebuah kisah yang panjang]
Mas, bolehkah aku mengingat cerita saat Sabtuku Bersamamu? Yak, Sabtu itu, tepat setahun yang lalu.

Hai, Mas. Apa kabarmu? Masihkah dirimu berpendirian teguh pada idealismemu? Atau sudah penat dengan rutinitas pinggiran ibukota? Apapun itu, semoga amanah tidak membuatmu makin kurus lagi, Mas. :)
🙇Kenapa kamu ngga jadi dokter?
🤦Kenapa tanya seperti itu?
🙇Ya, karena ini di rumah sakit, coba kalo di kantor polisi aku bakal tanya beda lagi.
🤦Iya juga sih, tapi maksudku bukan begitu, beberapa orang sering menanyaiku kenapa aku tak jadi dokter saja, kukira mas seperti mereka.
🙇Engga lah, kan aku bukan orang pada umumnya
🤦Hah? Lha terus?
🙇Aku kan orang pada khususnya.
Jawabnya ringan dengan senyum yang tak pernah lekang. Iya, aku menyukai senyum ramahnya. Orang paling ramah dan senang mengorbankan dirinya sendiri


Dia adalah rekan magangku selama tidak genap tiga bulan yang kemudian kuanggap sebagai kakakku sendiri.
Sejatinya kami satu kampus, gedung kami berseberangan.
Hanya saja mungkin Allah baru merestui kami bertemu saat kami telah lulus.
Cara dia berkenalan adalah mengejakan namanya yang memang sedikit asing di telinga. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.