DJP Berduka

November...
November adalah bulan kelahiran dua sahabatku.
November adalah bulan kelahiran pemilik slogan Happiness Delight.
November adalah bulan dimana frekuensi terjadinya hujan semakin tinggi.
November adalah bulan dimana Mbak Dewi Nur Aisyah mengisi seminar di UNS (asli pengen ikut).
November adalah bulan dimana wacana aku ingin pulang kampung.
Yang jelas, November adalah bulan setelah  Oktober dan sebelum Desember. *apasihjar

Duka menyelimuti kalbu di penghujung bulan Oktober atas tenggelamnya Pesawat Lion Air JT610 tanggal 29 Oktober di perairan Karawang, tepat sehari sebelum peringatan Hari Oeang. Mirisnya, pesawat itu ditumpangi sebagian besar para abdi negara, pegawai kementerian. Sejumlah 21 penumpang di antaranya pegawai Kemenkeu termasuk 12 di antaranya pegawai DJP. DJP Berduka. Dikeluarkannya Surat Edaran sebagai wujud empati, lima hari kerja berkemeja putih dengan simpul pita hitam di lengan kiri.


Saat itu aku masih mengikuti PTU hari kedelapan. Seperti biasa, menjelang petang kami mengikuti apel sore dan penurunan bendera. Ketua tim pelatih memberikan berita duka, tak pelak membuat kami menunduk terluka. Ya, cukup mengejutkan kami meskipun terlambat, karena saat itu alat komunikasi harus dikumpulkan selama sembilan hari. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar barisan. Dua teman dalam barisanku tertangkap saling melempar pandang dengan mata berkaca-kaca. Tak lama kemudian, satu diantaranya tumbang ke belakang barisan. Setelah kucari tahu, mereka berasal dari KPP Pratama Pangkal Pinang dan KPP Pratama Bangka, dua kantor tempat mengabdi 12 pegawai DJP yang menjadi korban kecelakaan pesawat itu. Apel selesai, siswa berlarian membubarkan barisan. Di pinggir lapangan, kulihat siswa lain yang menangis dalam pelukan rekannya. Ah ada rasa pilu disana. Aku merindukan keluargaku juga.

Tak berselang lama setelah itu kantorku juga berduka. Bapak dari salah seorang kepala seksi dan bapak dari seorang cleaning service harus berpulang di hari yang sama setelah sempat dirawat di rumah sakit. Sebut saja CS itu dengan Pak Udin. Pak Udin ini sangat ramah, dan suka memanggilku mbak jika dia tengah sibuk, panggilan khas untuk perempuan Jawa, yang biasanya aku dipanggil neng atau teh karena sedang hidup di tanah Sunda. Pak Udin juga yang sering menyemangatiku saat aku terlihat diam merenung, "sakit apa? Kalo jauh sama orang tua jangan sakit," begitu katanya saat bertemu denganku di ruang dokter. Ah menambah rasa ingin pulang, karena baktiku tak seberapa pada orangtuaku.

Pun sendu menyelimuti keluarga kecilku, seksi yang terletak di sudut ruangan yang penuh dengan makanan dan gelak tawa. Iya, bukan duka, hanya sendu. Tak perlu kusebutkan. Aku merasa sepi.

Kawan, tak dapat dipungkiri, seberapa gigih kalian ingin merantau untuk mandiri, kalian tetap harus menyempatkan waktu untuk kembali. Yakin, orangtua kita sangat senang menanti kehadiran kita kembali ke tengah-tengah hangatnya sebuah kesederhanaan. Pun, kalian pasti khawatir, karena tak ada yang tau tentang maut, pada siapa yang lebih dulu menghampiri. Hmm aku hanya pengecut yang tak bisa berlama-lama jauh dari keluarga, lebih dari tiga bulan saja sudah setengah mati rasanya, air mata jatuh tiap hari dan batin tersiksa. Ya kan bisa komunikasi lewat telepon genggam? Video call juga bisa, ngga up to date banget! Percayalah, waktu kalian untuk bertatap muka secara langsung lebih mahal dari kuota dan tiket untuk bertemu keluargamu.

Note : aku sedang dalam masa pemulihan psikis fisik dan segalanya, setelah dua minggu menikmati sesuatu yang sebut saja sebagai liburan.

Komentar

  1. Mba kerja di pajak ya. Suami saya kerja di pajak juga. Wah dunia sempit ya. Iya saya ikut menangis denger kabar jatuhnya pesawat lion air itu. Sesak rasanya terua inget suami ama anak juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bun alhamdulillah.. Suaminya di kantor mana bun? Iya pas denger berita itu langsung ingin ketemu keluarga rasanya :((

      Hapus
  2. Aku sedih banget pas denger berita pesawat lion air jatuh itu. Pikiranku itu ya gimana dengan keluarga para korban. Dianterin ke bandara, dipesenin kalo udah sampe tujuan jangan lupa kasih kabar, tapi ternyata gak sampai ke tujuan dan gak bisa ngasih kabar apapun. Ya Allah, usia manusia gak ada yang tau. Semoga seluruh korban dimaafkan kesalahannya, diterima amal baiknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Iya, saya juga berpikir demikian. Apalagi kalo kitanya di rantau jadi pengen pulang.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Sampai Jumpa, Yogyakarta.

Catatan Introvert #1