Setelah Negara Api Menyerang

Hari ini adalah hari pertama aku kembali ke kantor setelah sepuluh hari ku dibina dan ditempa. (hiya jadi lirik yel PTU angkatan 3)

Adakah di antara kalian yang menanti tulisanku? Wkwkwkw.
Ada sedikit sentilan yang membuatku tak nyaman, harus jadi orang ekstrovert. Yak, aku nyaman dan bangga menjadi diriku yang introvert, bahkan di sela kegiatan lari guling merayap, ku masih merindukan menulis dan mengedit video.
Begitu lebih baik daripada merindukan dia yang tak merindukan kita. Yhaaaaa no offense. Murni bercanda.
Menurutku, introvert dan ekstrovert itu dilihat dari bagaimana seseorang menyelesaikan masalah, bukan bagaimana cara dia bergaul. Itupun bukan menjadi sesuatu yang harus dipeributkan. Hak seseorang dalam bersikap.

Ohya, sebenarnya PTU atau yang lebih awam disebut DTU ini cuma berlangsung 10hari. Tapi entah kenapa berasa sebulan lebih bagiku. Persiapan mentalnya yang cukup menguras waktu. Yak, aku bukan type orang yang menyukai kegiatan fisik macam ini. Mulai dari isu bakal ada DTU, lalu muncul nama-nama yang bisa di cek di SIKKA (sampai ngenganggu orang yang lagi ICV), kemudian muncul PENG yang artinya itu bukan sekadar isu semata, dilanjutkan menyiapkan peralatan tempur mulai dari berkas hingga alat di medan perangnya (re: to do list yang harus dibawa pas DTU), nyari semangat dan disemangatin angkatan II (kalian terbaik memang), hingga akhirnya terlahirlah Fajar dengan mindset "ya, aku siap summer camp DTU,  DTU tak terlalu buruk bagiku,".
Mungkin terdengar berlebihan, tapi percayalah ada orang yang seperti itu, bahkan lebih dari itu wkwkw evil.
Jadi ku ucapkan terima kasih banyak untuk semua kawan yang telah memotivasi dan memberi semangat agar ku mampu menghadapi DTU entah sengaja atau tak sengaja wkwkw.
Bapak (tiap nelfon khawatir anaknya yg mudah rapuh ini wkwkw), adek akuuu, Imel, Faiz Faridah Febri (3F yg ngga akan ngalamin DTU tapi nyemangatin mulu), Aditiya, Dek Novita, Mas Fajri, Made, Fida, Ariq, Dhafin (secara ngga langsung storygram nya nyemangatin banget), Baim & Yentin (tips kalian cukup membantu), Kak Rizdar (di kantor suruh siapin fisik mulu), Lulu & Rara (senasib sepenanggungan di kantor), dan satu orang yg tak bisa disebut namanya tapi cukup berjasa ngasih saran dgn berkaca dari DTU angkatan 2 (hiya kadang ku merasa beruntung punya teman seperti dia).

Jujur, ada rasa berat hati dan kaki ini meninggalkan Jakarta.
Inginku meninggalkan Jakarta untuk pulang ke kampung halaman, bukan untuk kembali ke rutinitas yang hmmm harus segera diemban, karena yang kubutuhkan adalah rumah untuk pulang, bukan sekedar liburan. Asek.

Well, selama DTU aku emang ngga pake sunblock, cuci muka aja pake sabun mandi, ngga pernah ngecek muka di cermin pula, intinya waktu itu aku merasa masa bodoh dengan diriku karena di sini aku niat buat DTU (dididik dan dilatih, bukan macak *no offense). Pun ketika dapat panggilan DTU aku lebih takut dengan tradisi makan dan kegiatan fisik daripada efek hitam berbulan-bulan (Ayah mengapa aku berbeda wkwkw).
Selain tidak memakai pelindung kulit, faktor penunjang yang menyebabkan Fajar sangat hitam mungkin karena Fajar ada di kelas J yang barisannya di tengah lapangan banget, tambah lagi waktu latihan PBB ada di kompi 2 jadinya selalu kena panas apalagi pas bikin tanda biar lurus, faktor lain karena selama baris di kelas J Fajar ada di paling kanan jadi musti lencang kanan, dan Fajar termasuk tim pita dimana kalo ditindak musti sikap siap atau hormat yang kebetulan hadap serong kanan mengarah ke matahari. Lengkap sudah wkwkw.

Dan kelar DTU, aku kaget dengan mukaku sendiri. Itupun baru ngliat di kamera ponsel saat masih di barak setelah upacara penutupan. Semakin terkejut ketika ngliat langsung di cermin hotel... Haduhh separah ini... Kalo aku pulang kampung bisa-bisa ortu simbah dan tetanggaku mengira aku kenapa-kenapa selama kerja empat bulan wkwkw.

Emang separah apa sih jar muka lo? 

Jadi muka saya belang teramat sangat gengs. Ya mungkin itu karena saya berkerudung dan berkacamata selama dijemur. Testimoninya sudah banyak.
Mungkin yang baru ngliat suka bilang "apasih jar orang masih putih gitu bilang item" ini ungkapan pas masih pake masker, karena emang kemana-mana pake masker kalo pergi. Sebenarnya aku ngga ngerasa putih, karena emang terlahir dari darah desa yang biasa aja dan ngga pernah perawatan ala-ala cewek lainnya (ngga sabaran dan ngga telaten), tapi publik menilai demikian wkwkw.

Dan pas masker udah dibuka, "ah ngga parah koq jar, masih mendinglah itu," oke masih ada pembelaan.

Dan akhirnya kuangkat sedikitlah itu kacamata setiaku hingga mereka mengakui, "asli lo iteman banget," heuuuu...

Parahnya lagi setelah itu di kantor ada ICV yang bahasa awamnya liburan bareng sekantor gitu. Dan disitu pegawai mulai tak mengenaliku dan senyum-senyum ketika melihatku. Heuuuu pak, fajar maluuu diliatin oranggggg.....

"Kamu siapa?"
"Saya kaya kenal kamu tapi sekarang ngga kenal kamu?"
"Itu yang habis DTU tolong di close up"
"Hey saudari Fajar, udah masuk rupanya,"
"Fajar baru keliatan kemana aja?"
"Eh ibu udah kerja aja, lama tak jumpa,"
"Eh neng fajar udah ada,"
"Fajar kaya pucet, tapi pucetnya beda,"
"Koq aku ngakak ya ngliat kalian, dulu aku juga kaya kalian, tapi ngga jadi pusat perhatian banget gitu di kantor,"
"Ahaaa fajar hideung,"
"Ciyee akhirnya fajar berani buka masker," *auto pada ngliatin
"Itu kenapa tangan kanan lebih item dari tangan kiri,"
"Gue bersyukur jar kacamata gue ilang di danau pas DTU, jadi ngga belang,"

Please fajar paling malu kalo diliatin banyak orang heuuuu....

Sebenarnya aku cukup senang, karena ketidakhadiran kami selama 10 hari cukup dicari, ya lumayanlah, kantor jadi ngga mati-mati amat.

Jadi, kesimpulannya tolong yang tau cara mencerahkan kulit, mengembalikan warna kulit, mengusir kulit kusam, dsb. Bagi tahu saya.
Karena kulit saya ngga cuma gelap tapi lebih ke belang banget yang kalo dilihat malah kaya orang sakit wkwkw.
Saya cuma ngga suka diliatin banyak orang dan jadi pusat perhatian dalam waktu lama heuuuu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.