Berbagi Tulisan Hari Raya (THR)

Assalamu'alaikum


Setelah berpuasa satu bulan lamanya

Berzakat fitrah menurut perintah agama 🎼🎀🎢🎡🎼

Tak terasa bulan Ramadhan telah berlalu
First of all, izinkan aku untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440H, Taqobbalallahu minna wa minkum. Mohon kerendahan hatinya untuk memaafkan kesalahan aku baik yang disengaja maupun tidak sengaja. (Fajar yang minta didoakan segera berkeluarga)
Yang paling penting semoga ibadah kita diterima bagaimanapun usahanya dan semoga kita diperkenankan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin. Pokoknya, ibadahnya jangan sampai kendor ya, kuatin lagi, kuatin terus.

Kedua, diingatkan juga yang merasa puasanya bolong, segera ditambal ya puasanya. Jangan nunggu mepet Ramadhan tahun depan, kan umur ndak ada yang tahu :') Terus lanjut deh disempurnakan dengan 6 hari Puasa Syawal. Memantul πŸ‘πŸ‘

Oh ya aku mau bagi-bagi THR loh..!!! Iya, THR. Tulisan Hari Raya. Kapan lagi kan seorang Fajar rajin nulis dan ngga terlalu bucin :')
Okeyyy kali ini aku akan merekap sedikit tentang Ramadhan yang kulalui di tahun ini. Masih di Kabupaten yang sama, hanya dengan orang yang sedikit berbeda, nuansa berbeda, semangat berbeda, dan mungkin rasa yang berbeda dari yang pernah ada :') Ohya, tapi sebelumnya barangkali ada hal yang kalian lupa syukuri, yakni masih bisa menikmati Ramadhan tahun ini dengan aman dan baik. Alhamdulillah.


Papajar!! 
Meskipun aku udah di Cianjur dari tahun lalu, tapi ngga tau kenapa aku baru ngeh sama tradisi Papajar itu tahun ini. Itupun aku bingung kenapa orang-orang nyebut namaku. Iya kukira mereka manggil-manggil aku gitu, Pajar... Pajar!! Orang Sunda gabisa bilang Fajar, mau gamau aku terbiasa denger nama aku jadi Pajar meskipun gasuka (dasar sifajar). Apa itu Papajar? Bisa cari di internet wkwkw atau nanti aku tulis dah kalo rajin dan inget. Intinya makan bareng-bareng buat menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Sahur
Tahun ini sepatutnya aku bersyukur karena setiap dini hari ada yang membangunkan sahur :') Iya, rekan kosku akan dengan senang hati mengetuk pintu kamar dan tak jarang pula berbagi makanan. Lama kelamaan dengan bangga aku mengetuk pintunya duluan, "yeay fajar udah bangun,". Adik dan ibuku juga dengan rajin membangunkanku via telepon. Akupun senang karena bisa menikmati satu minggu puasa di rumah, ada bapak yang senantiasa membangunkan dan menyiapkan sahur. Iya, setelah orang mengelu-elukan aku yang mandiri di kota orang, pasti balik anak-anak lagi kalau udah di rumah. Untuk sekarang, kalau bukan orangtua yang manjain, siapa lagi :') 
Jika tahun lalu aku berlangganan nasi yang diantarkan oleh ibu kantin kantor setiap sahur, tahun ini aku lebih memilih membeli menu sahur saat berbuka malam sebelumnya. Beberapa keping biskuit dan sekotak susu pun tak jarang menjadi menu sahur jika tidak ingin makan nasi. 

Sabaarrr
Posisiku di tahun lalu sungguh beda di tahun ini. Dari situ jadi bukti nyata, nasib kita gampang banget berubah sesuai kehendak Yang Maha Kuasa. Di tahun lalu, aku masih mikir laporan OJT dan menikmati banget yang namanya kegabutan. Berkaca pada pengalaman tahun lalu membuatku udah salah pasang mindset di awal bulan Ramadhan. Tahun lalu, sebelum masuk Ramadhan pun kerjaan pokokku ngga banyak, makin lama pun makin sepi. Karena jobdesk yang dulu pintunya dari jobdesk tahun ini, jadi gue udah mikir kalo kerjaanku pasti ngga banyak-banyak amat.
Ternyata aku salah!! Seakan puasa ngga boleh jadi penyebab lunturnya semangat, kerjaanku seakan ngga ada bedanya di hari biasa, cuma jam kerjanya aja yang berubah, pun itu sering melebihi jam kerja. Bahasa kasarnya, otakku jadi dipake mikir tiap hari. Aku masih semangat, mungkin kalo udah mendekati minggu kedua atau ketiga baru sepi. Memang begitu adanya, minggu ketiga memang lebih sepi, tapi tetap saja makin lama tenagaku dan emosiku makin terkuras. Justru, aku berpikir bahwa tamu-tamu yang datang membawa permasalahan untuk menguji kesabaran. Aduh ini aku yang lagi di titik males malesnya atau prasangka buruk aja sih?

Buka Bersama
Tahun ini memang tak banyak undangan buka bersama. Sampai aku menemukan tulisan, di usia dewasa undangan buka bersama makin sedikit, dan undangan pernikahan mulai melangit. Wadaw.
Sebuah kesenangan tersendiri aku masih diperkenankan mengikuti buka bersama Waskon1, lalu buka bersama seksiku yang baru, paling sering bukber sama anak kosan Gang Sanusi, dan lucunya ada bukber dua angkatan. Ya, angkatanku memang agak rame, dan teriring harap agar kami mampu menjadi perekat serta penghangat suasana kantor. Tio bilang, "mbak itu bukber apa sparing, koq angkatanku sama angkatanmu aja," elah masih untung lu ada yang ngerangkul -___-. Di rumah pun aku cuma menghadiri satu undangan bukber SMA, selebihnya bukber sama keluarga, itu dia yang dinanti anak rantau setelah bukber sendiri mulu di kosan.
Karena gabisa nongkrong bareng, terkadang aku, Kak Eri, dan Kak Rizdar juga ngabuburit mengelilingi kota Cianjur dari jam pulang kerja sampai mendekati waktu berbuka. Dari Cianjur kota, ke RSUD Sayang, atau kadang ke area Yonif Raider. Gue inget di hari pertama puasa, aku sama Kak Eri muterin Cianjur kota, lalu ke Bojong (iya jauh) tapi tetep gadapet apa-apa, warung banyak yang tutup di awal puasa. Duh, ga ngerti ada anak kosan yang gapunya fasilitas dapur apa -___-.


Tarawih
Perbaikan juga dari tahun lalu, tahun ini aku alhamdulillah bisa merasakan semangat tarawih di masjid. Serunya, anak kosan Gang Sanusi mungkin bisa disebut Para Pencari Imam. Iya, kami sempat beberapa kali singgah dari satu masjid ke masjid lain untuk mencari imam shalat tarawih yang pas menurut kami. Sejak kecil aku terbiasa shalat tarawih 11 rakaat dengan kecepatan normal dan ditambahkan ceramah pendek di tiap malamnya. Ya, mungkin di tiap daerah berbeda. Di sini rata-rata 23 rakaat dan tidak ada ceramah. Ini bukan masalah banyak atau sedikitnya rakaat, tapi cara pelaksanaannya yang terlalu cepat sehingga menurutku jama'ah jadi kurang tumakninah. Masa iya, tarawih berasa senam. Kan sayang :'(. Sebenarnya di dekat kos kami ada masjid yang sesuai, hanya saja jika tidak hoki, imam sering melakukan kesalahan jumlah rakaat atau bacaan doa. Karena terlalu sering, jamaah yang penduduk asli pun melemparkan protes. Masa iya, imam tidak disukai makmumnya. Kan sayang :'(

Mudik
Mudik memang ritual wajib anak rantau ketika lebaran. Sampai detik ini, kereta masih menjadi mode transportasi pilihanku. Dari pantauan televisi, mudik tahun ini cukup terkendali, tak seperti tahun-tahun sebelumnya hingga terjadi tragedi Brexit yang menelan korban. Akupun bersyukur tak perlu menggunakan pesawat jika ingin pulang karena harganya cukup mahal, Bandung - Solo bisa 2-4juta duh. 
Ohya, mudik tak terlalu menjadi hal istimewa bagiku karena aku biasa pulang ke rumah 2-4bulan sekali, bukan setahun sekali, apalagi tiga kali puasa tiga kali lebaran ngga pulang :'(. Tapi memang mudik tahun ini sedikit lebih menguji  kesabaran, mungkin lain kali aku ceritakan wkwkw. 
Bedanya pulang mudik dan pulang biasa, ada seseorang yang ingin aku temui di stasiun sana. Meskipun aku heran, kita ketemu setahun sekali banget padahal jarak tempuh paling cuma dua jam?? 

Lebaran
Lebaran kali ini terasa lebih padat dari tahun lalu. Kalau tahun sebelumnya didoain sekolah lancar mulu, tahun ini didoain rejekinya lancar. Padahal ingin juga didoain jodohnya lancar di perjalanan biar nyampe di waktu yang tepat. Di sisi lain, ada juga rasa resah yang menyelimuti hati dan bikin mood buruk seharian.
Aku pun heran, banyak sekali anak kecil di desaku yang tak aku kenal, itu anaknya siapa. Jangankan anak orang lain, keponakan sendiri aja aku pangling koq mereka cepat sekali pertumbuhannya sedangkan aku dari tahun ke tahun segini aja wkwkw.
Oh ya, ada tulisan lucu, anak rantau tuh bikin kesalahannya di tanah rantau, tapi minta maafnya di kampung halaman, yhaaa. Pertanyaan yang mampir juga ngga macem-macem.
"Loh ada orang Jakarta," sekarang udah ngga di Jakarta pakbu :)
"Kapan pulangnya?" seminggu yang lalu
"Kapan balik ke sana?" yaelah udah diminta pergi, minggu depan pakbu
"Kayaknya ifah nih yang nikah duluan, kan dia udah kerja," lagi diem padahal, dan kakakku juga udah ada yang kerja, tapi emang kakakku udah nyebut calon :') aamiin-in aja tahun depan.
"Loh itu adekmu tah, kirain calonmu," calon apa nih
"Koq masih kurusan aja, udah kerja uangnya buat makan ngga usah mikirin lain," ini udah pawakan dari sana monmaap
"Ngga sekolah lagi mbak?" doain ya baru bisa tahun depan
"Gpp mbak udah kerja sambil nikah dan sekolah juga," iya iya nanti bilang ke jodohnya
"THR nya ngga usah ya kan udah kerja," iya selow

Tentu aja jawaban itu cuma dibatin dalam hati. Aslinya mah, senyumin doang ehehe, kan saya pemalu dan pendiam. Padahal kusudah menyiapkan jawaban kalau ditanya kapan nikah sesuai yang diajarkan Mas Riza Al-husna :)
Okeyyy begitulah sedikit cerita Ramadhan dan Lebaranku tahun ini, barangkali kalian punya cerita seru juga boleh lah di share di kolom komentar sekali-kali ya kan :)

Wassalamu'alaikum 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Sampai Jumpa, Yogyakarta.

Catatan Introvert #1