Cinta Tak Sebercanda Itu

Assalamu'alaikum sobat

Pekan-pekan awal pasca lebaran gini emang suasana kerja masih ngga jauh beda seperti pekan terakhir pra lebaran, jadi pengen pulang lagi *eh. Ya cuma bedanya musti inget kalo pulang kerja udah jam 5 sore lagi bukan setengah 4, kali aja ada yg kena PSW. Gimana suasana kerja atau belajar di tempat kalian? Udah normal? Wahh alhamdulillah kalo bisa gitu hehe... Yahh kenapa alhamdulillah? Ya iyadong segala hal itu wajib disyukuri. Misal aja kalian gabut sepertiku gini, waktu berasa ngebunuh perlahan gitu. Suka imagine yang engga-engga (itu lu aja kali jar). Bukan, maksudnya itu untuk orang yang overthinking aja sepertiku. Da kalo kalian mah pasti bisa lebih memanfaatkan waktu jauh lebih baik dariku. 

Waktu kaya gini, nemu tulisan kak @andrepratamaa96 (halo salam kenal kak) di instagram aja langsung terputar film masa-masa susah move on (remeh banget sih jar). Wacananya sih pengen nulis "Cinta Tak Sebercanda Itu" dari sudut pandangku mengingat kesel juga ngeliat orang mencampur-adukkan rasa suka, kagum, tertarik, atau sekedar simpati kemudian dengan mudahnya mengutarakan cinta. Astagfirullah, sabar jar. Tapi berhubung saya masih dilema dengan laporan OJT (masih jaman?), jadi yang saya bagi tulisannya kakak ini aja dulu. Hehehe...


Kau adalah seseorang yang dulu pernah mencuri perhatian dan menarik ulur setiap rasaku yang merasa bahwa kau adalah sosok yang selalu aku nantikan

Yang melumpuhkan logika hatiku dengan segenap perhatian, kebiasaan, dan sikap lembut yang pernah kau berikan, hingga membuat perasaan ini perlahan mulai tumbuh dengan nyaman. 

Pada tiap deretan kata, telah kuselipkan sebagian besar harap, agar kau mampu memahami setiap kalimat yang ku umpamakan atas rasa yang telah ku susun pada tiap sujud yang ku pasrahkan hanya pada-Nya. 

Dan benar,
bahwa kau datang menghidupkan harapan pada kondisi hati yang ku anggap sudah mati dan masih trauma pasca tragedi rasa yang membawa arus pengkhianatan. 

Aku tidak ingin mengatakan bahwa ini adalah ungkapan kekecewaan, aku hanya ingin sedikit bercerita tentang sekawanan rasa yang mengetuk pintu hati dalam sanubariku kala itu. 

Aku tidak ingin gegabah dalam menyimpulkan bahwa saat itu aku sedang jatuh cinta, karena aku takut jika kau hanya membiarkanku jatuh tanpa pernah berniat memberikan cinta









Tak sadarkah kau?

Bahwa ada sekumpulan kehebatan-kehebatanku yang muncul secara tiba-tiba, itu hanyalah untuk mewujudkan komitmen yang telah kuikrarkan pada semesta untuk bisa terus membuatmu nyaman dan bahagia tanpa pernah sedikitpun meneteskan air mata yang jatuh menjadi bulir-bulir kekecewaan. 

Aku tahu bahwa aku hanya memperjuangkan seseorang yang tak mau berjuang dalam hal hal yang dimatamu kau anggap biasa biasa tanpa pernah menyadari bahwa ada satu alasan yang luar biasa dalam perjuanganku di belakang ketidaktahuanmu

Aku juga pernah mati matian dan mematahkan buah bibir yang saat  itu banyak dari bisik bibir mereka yang menceritakan betapa menyesalnya aku ketika tau yang sebenarnya hal hal tentangmu

Aku menganggap semua itu hanyalah rintangan dari segelintir ujian hati untuk menerima baik dan buruknya kamu

Sudahlah... 
Cinta memang hak asasi rasa
Semua orang punya hak untuk mengelola rasa

Dan itulah seni rasa
kadang yang memperjuangkan akan tersakiti
kadang yang diperjuangkan akan menyakiti 

Cinta tak sebercanda itu

Karenanya, 
jangan berpura-pura menyuruhku mendoakanmu jika kau tak pernah berniat untuk mengaminkannya. 


Gimana? Suka ngga sama tulisannya? Kalo aku sih suka-suka aja meskipun ada satu dua bait yang kurang sesuai sama realita hihihi... Kalau suka banget, main-main aja ke instagram kakaknya, siapa tau kecantol, sama tulisannya maksudku. Main ke instagram aku juga boleh, tapi ngga ada apa-apanya wkwkw... 

Nah, sampai bertemu sapa di lain kesempatan. Ingat, manfaatkan waktu luang kalian dengan bijak yak sodara-sodariku. 

Wassalamu'alaikum.... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.