Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Assalamu'alaikum kawan... 

First of all saya ingin mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minkum... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H, sekaligus dari lubuk hati yang paling dalam saya memohon kerendahan hati pembaca untuk memaafkan kesalahan saya jika di blog ini ada tulisan yang kurang berkenan baik disengaja maupun tidak. 
Yap next, siang ini aku (saya atau aku?) alhamdulillah banget sudah mendarat di tanah rantau kembali lebih dulu dari kawan lainnya, di tanah yang mahsyur kerana tauco dan produksi berasnya, Cianjur Jago. #applause dong

Normalnya aku mempunyai dua pilihan, beres-beres kamar, atau yang paling lumrah adalah beristirahat karena perjalanan Solo-Bandung-Cianjur cukup menguras tenaga dan perasaan *eh. But, aku memilih membuka salah satu social media berwarna biru sesuai warna favorit dan berlogo huruf yang sama seperti namaku, Facebook (riewuh elah). Jariku menuju pada akun salah satu teman lamaku yang baru-baru ini telah menyandang status baru yang cukup mulia yakni sebagai istri. (Barakallahu, kamu kapan? *eh). Well, netraku tertuju pada repost tulisan Komunitas Nekad Hijrah yang ada di dinding akun kawanku ini dan membuatku berniat pula untuk memposting ulang.... di blog. Hehehe... 

Kenapa akhir-akhir ini suka repost? Aku rasa berbagi kebaikan itu mudah. Aku ingin memposting ulang tulisan tersebut bukan hanya sekedar suka, tapi saat aku membacanya, hmmm sepertinya aku merasakan sesuatu yang berbeda, keinginan tulus untuk menyegerakan (tapi belum ada yang meminang *plak). Anti baper baper club, insyaAllah aamiin. Langsung saja ini dia tulisan berjudul Surat Untuk Calon Ibu Mertua, yang mungkin sedikit aku ubah demi menyesuaikan situasi. Ini beneran aku typing ulang ya, jadi bukan asal copy paste, tulus ini mah.  Semoga apa yang disampaikan dari hati akan di terima dengan baik pula.  Heheeh... 



Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Ibu, izinkan aku menyapamu dengan kata sederhanaku.

Ibu, maafkan aku jika kelak kita menjadi keluarga, aku tak sesuai harapanmu.
Aku jauh dari kata sempurna, cantik apalagi? Itu bukanlah aku. (dalem banget ini)
Bahkan aku hanyalah wanita biasa yang ingin bersama kalian mengejar Jannah-Nya.

Ibu, maaf karena aku terlalu berambisi bersama putramu.
Bukan karena harta yang ia miliki, namun karena keimanan yang dengannya membuat surga terasa dekat.
Tenang saja ibu, aku takkan membuat dia berpaling darimu.
Karena bagaimanapun kamu tetap jadi wanita pertama yang ia cintai.

Ibu, jangan risaukan dia untuk kau lepas.
Aku berjanji akan menjaga dan mendampinginya.
Bukankah kitapun akan menjadi keluarga?
Dan akupun akan menjagamu ibu.
Dan kaupun akan membekali kami bukan?

Ibu, jika benar aku menjadi menantumu kelak.
Dengan bekal agama yang kumiliki.
InsyaAllah kita sama-sama ke Jannah-Nya.
Dan iya, dengan jalan ini, kau ijinkan dia menghalalkanku.
Bukan dengan jalan kemaksiatan, yang justru menjerumuskan kita ke Jahannam.

Ibu, sekali lagi aku minta maaf jika kau merasa kecewa.
Namun, sebelum hal itu terjadi, aku akan berusaha agar kau bangga kepadaku.
Ibu, akupun ingin berterima kasih karena kau telah melahirkan dia, sosok yang imannya membuat akhwat di luar sana banyak mendoakannya, termasuk diriku.
Tanpamu dia tak akan pernah ada.
Dan tanpa bimbinganmu pula, dia tak akan menjadi seperti saat ini.

Dariku, Calon Menantumu
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam : @dariputih

Ibaratnya sih, kalau sang ikhwan berusaha meminta ijin pada sang ayah, karena tanggung jawab ayah nanti berpindah ke suami. Nah, sang akhwat ya usaha juga melobi pada sang ibu karena yang merawat nanti si ikhwan nanti kan jadi istrinya sendiri. Saling menaruh kepercayaan gitu. MasyaAllah cita-cita banget nih jadi istri shalihah. Hehe aamiin...
But, sebelum semua itu terjadi, ada baiknya sekarang muliakan ibuku sendiri dulu. Bismillah...

Inginku kelak, ibu mertua akan menyayangiku dan memperlakukanku layaknya seorang anak kandung. Aku akan belajar banyak hal dari ibuku nanti agar aku bisa menjadi ibu yang baik pula untuk anak-anakku kelak. (jar, mainmu ngga kejauhan? Wkwkw)

Tambahan
Ibu, aku hanya wanita biasa dari keluarga sederhana yang ingin belajar menjadi wanita shalihah.
Tentang cintaku pada putramu, aku tak tau bagaimana Allah menyatukan kami.
Berulangkali aku ragu, berulangkali aku memilih mundur.
Tapi berulangkali dia hadir dan teguh meyakinkan.

Udah cukup sekian dulu ya sobat
Wassalamu'alaikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.