Cerita : Hidup Bersama Tuan Putri

Senja kala itu Alfa sedang beristirahat dari penatnya kehidupan dengan menikmati angin yang berhembus di tepi sungai. Mungkin bisa dibilang melamun, karena kehadiran Saka sama sekali tak ia sadari.

"mikirin apa," tanyanya tanpa basa-basi.

"eh, mengejutkanku saja, gimana udah selesai urusannya?" kilah Alfa.

"mikirin apa?" tanyanya lagi.

"ngga ada," jawab Alfa memalingkan muka. Dia memang selalu berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk pertanyaan sepele yang tak perlu dijawab.

"baiklah mari kita lihat bagaimana reaksi Bunda jika tahu kamu menyembunyikan sesuatu sendiri," pancingnya sembari hendak berdiri meninggalkan Alfa. Bunda adalah sosok yang hatinya sangat Alfa jaga.

"ngga penting, ini cuma masalah sepele, kenapa kamu harus tau semua urusanku?" Lagi. Saka memang tau cara bagaimana membuat Alfa tersudut.

"urusanmu jadi urusanku juga, aku berhak tau semua yang menjadi beban dan masalahmu," jawabnya masih dengan nada datar, mungkin terkesan sedikit diktator.
Karena aku tak ingin melihat orang yang aku sayangi selalu menahan kesedihannya seorang diri, batin Saka.

"aku ngga selemah itu, sana kalau mau pergi," Alfa pun tak peduli. Saka masih terdiam. Sejenak ia berpikir, mana mungkin ia benar-benar pergi jika diminta pergi. Baiklah, ia memang sering melakukannya, tapi tidak untuk kali ini. Karena yang berhak memenangkan hati Alfa adalah dia, bukan Aji. Tak ada lagi tuan baik hati.

Alfa melirik sekilas, dan Saka benar-benar pergi. Ia membuang nafas kasar. Sebenarnya, dia tak sungguh-sungguh setiap meminta Saka pergi. Alfa hanya menguji, seberapa teguh Saka membersamainya. Dan Saka selalu pergi. Tanpa Alfa tahu, Saka memang tak benar-benar pergi, ia hanya mengamati dari jauh dan mencari cara agar Alfa tersenyum lagi.


"mungkin ini bisa memperbaiki moodmu," Saka kembali muncul dengan menyodorkan segelas coklat untuk Alfa. Tanpa ia duga, Alfa menyambutnya antusias, seakan tak terjadi apapun beberapa menit yang lalu.

"berminat berbagi beban denganku? Aku tau kamu kuat, tapi bukankah berat sama dipikul? Aku menyediakan pundak khusus hanya untukmu," Saka mencoba meminta semanis mungkin agar Alfa luluh.

"ini tentang hidupku belakangan ini bersama Tuan Putri," ucap Alfa dengan nada datar dan tatapan kosong ke arah air sungai yang tenang. Saka masih tak paham, tapi ia masih menunggu.

"atau mungkin lebih pantas kusebut Bawang Merah?" Alfa tersenyum kecut. "Kau tahu, aku sangat menjaga perasaan orang lain, meskipun orang lain tak peduli dengan perasaanku. Begitu pula Tuan Putri ini, aku tak habis pikir dengannya," Alfa meletakkan gelas cokelat itu dan berdiri. Menarik nafas dalam dan membuang pandang jauh. Saka masih menatapnya lekat, seakan tak ingin ada kata yang terlewat.

"aku tak masalah jika ia menjelekkan namaku di depan penghuni istana lainnya, toh memang itu sudah sangat biasa bagiku. Tapi aku tak suka jika dia menjatuhkan nama baik keluargaku ataupun mengadu domba antar penghuni istana. Jika tak berdosa, aku ingin melenyapkannya saat ini juga," Saka menyejajari tubuh Alfa. Dia sedang dikuasai emosi dan itu tak baik.

"aku tau, Tuan Putri hanya anak manja yang tak bisa berbuat apa-apa. Oh koreksi, dia bisa mengadu kepada keluarga istana atas apa yang menurut pandangannya benar. Dan kau tahu, benar menurutnya adalah hal yang menguntungkan baginya, tapi menyengsarakan bagi kami penghuni istana. Yang membuatku tak habis pikir, kenapa keluarga istana masih saja memelihara makhluk seperti itu dan terus memanjakannya, dia hanya gila pujian," Saka menarik Alfa untuk duduk. Menurut ilmu yang Saka pelajari, seseorang harus berada pada tingkat yang lebih rendah jika sedang dikuasai emosi. Tanpa diduga Saka, Alfa tumbang, mendekapnya lalu terdengar isakan.

Saka kaku, pelan dia elus rambut Alfa untuk menenangkannya. "Mungkin bagimu, aku yang salah, terlalu membencinya hingga yang terlihat di mataku hanya keburukannya, tapi bagaimana jika semua penghuni istana setuju padaku? Apa aku masih egois? Apa dia layak diberi kesempatan? Kurasa dia sangat lihai memerankan sosok bermuka dua," tambahnya.

Meskipun Saka tak terlalu mengerti maksud pengibaratan Alfa, tapi Saka peka atas apa yang Alfa rasakan. "Maaf, aku membiarkanmu tersiksa seorang diri, bahkan semua orang tahu jika kamu dan Tuan Putri terlihat baik-baik saja. Jujur padaku, sejak kapan kamu merasa tak bisa hidup bersamanya?" bujuk Saka.

"Sejak keluarga istana memintanya masuk dalam keluargaku, sejak saat itu pula aku merasa dia petaka untukku, bahkan untuk kami," kalimat yang terdengar sadis tapi tetap manis bagi Saka jika Alfa yang mengucapkannya. Hmmm selamatkan pikiran Saka.

Dituntunnya Alfa kembali ke tempat duduk dan dibimbingnya ia minum cokelat yang tersisa agar merasa lebih baik, karena bagi Saka, terlalu intens dengan Alfa juga tidak baik untuk kesehatan jantungnya. "Kau tahu, aku tak peduli jika dia membenciku, atau bahkan menendangku keluar dari istana. Itu lebih baik daripada aku terus tertekan setiap harinya berdampingan dengan makhluk sepertinya. Tapi yang tak aku suka, aku jadi benci terhadapnya. Maksudku, kau tahu kan aku selalu berusaha untuk tidak membenci seorang pun dalam hidup ini, tapi berdosanya, aku jadi mengenal kebencian sejak dia ada dalam kehidupanku," lanjut Alfa.

"Oh ya, maukah kamu tahu plot twist dari kisah ini?" tawar Alfa setelahnya.

Saka hanya menatapnya dengan pandangan bingung. "Tuan Putri itu bukan tokoh yang sebenarnya, dia hanya pembantu kerajaan yang lupa diri," Alfa tertawa pahit setelahnya. Saka? Dia semakin tak paham dengan kehidupan yang dialami Alfa, meskipun begitu Saka tetap ingin masuk dalam kehidupannya.



Tamat.



Kutipan cerpen di atas murni buatanku secara spontan. Cara menggambarkan perasaan atau uneg-uneg untuk seseorang dengan meminimalisasi terpancingnya rasa tersinggung. Untuk kalian, berhentilah bersikap seperti Tuan Putri, itu memuakkan dan merugikan. Begitupun aku, cukup muak dengan tingkahmu.

Dan untuk Saka, sadarlah bahwa Alfa senang berada di sampingmu, tapi malah kamu pergi dan tergantikan Aji.
Ketiganya adalah tokoh fiktif belaka. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.