Muhasabah dari Pujangga Wordpress

Jar, agak seringin nulis yak
Tiap hari aku seneng kalau kamu ada post baru. 

Anak ini engga ngaca emang ehehe. Berkali-kali aku cek Fragmen Nurani namun belum ada tulisan baru sampai detik ini.
Pun begitu yang kurasa saat pertama kali mengenal Rifqi, lebih semangat dalam menulis karena baru kali ini mempunyai teman penulis.
Aku punya tiga teman yang masih aktif menulis di lamannya masing-masing. Rifqi, Khoi ft. Melina, dan Dhafin.
Kebetulan akhir bulan Oktober ini aku akan menjalani DTU, jadi kunikmati saja waktu-waktu dimana aku bisa sering menulis ini, meskipun sebenarnya aku ingin menyelesaikan video project yang sebulan lebih tak kunjung rampung.

"Mbak Fajar siapkan acara untuk seksi ya, nanti waktu dan tempat kabari aja,"
"Jar, pokoknya cinderamata besok harus udah ada ya, pagi-pagi aku tanyain,"
"Fajar kamu bagian edit video testi ya,"
"Untuk konsumsi besok gimana ya?"
"Jar, konsep dekorasi gimana? Kumpul dulu yuk,"
"Jar, ke atas dong,"
"Jar, minta uang yak,"

Aku hanya bisa tersenyum kecut ketika mengingat beberapa kalimat permintaan di atas, iya hanya beberapa, karena sebagian yang lain masih dalam batas wajar.
Sebenarnya dengan atau tanpa mengeluh, hal di atas wajib dan bisa kulakukan. Tapi ada saja, sedikit insiden yang membuatku malas untuk melakukan dan berujung keluarnya keluhan. Yaps, aku sangat sensitif dengan hal berbau tanggung jawab dan menghargai orang lain. Aku tak perlu menjelaskan contohnya. 

Aku pun mencoba berpikir positif.
- Mungkin ini guna aku mencoba ikut beberapa kepanitiaan di kampus, ngga cuma ngisi SKPM. 
- Mungkin ini cara biar aku lebih produktif dan mengasah kemampuan.
- Mungkin ini cara biar aku jadi bermanfaat buat orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
- Mungkin mereka percaya sama aku, meskipun hasilnya menuai kritik juga.
Dan kemungkinan lain untuk menyugesti diri agar merasa lebih baik. 

Ini adalah sebuah pergolakan untuk berani menolak tawaran atau permintaan bantuan.
Apa jadinya kalo ada yang tiba-tiba bilang "Jar, kalo aku lamar diterima ngga?" atau "Jar, nikah yuk,".
Lebih parahnya orang tak dikenal pernah bilang di belakangku "ana uhibbu fillah ukhti" heuuu takuuutttt. Sana, sungkem ke Karanganyar dulu kalo berani. 
Okey intermezzo, lupakan, intinya aku harus belajar menolak secara halus.

Pun seharusnya aku banyak bergaul dengan beliau biar diajarin nasehatnya "tinggal milih aja mau masa bodo sama omongan sekitar atau maksain tapi gak suka". Sebenarnya, aku tak tau apa yang membuatku menerima kehadirannya sedangkan kami memiliki pola pikir dan karakter dasar yang jauh berbeda. 


Okeyyy cukup sudah lompat topiknya.
Sebenarnya ini masih sama dengan Muhasabah dari Pujangga Tumblr, tapi berhubung sekarang sudah ngeblog pake WordPress jadi gelarnya ikut di-update.
Saat itu aku merasa kesal dan kawanku ini bisa melihatnya dari apa yang aku tulis tentang Tuan Putri. Lalu di memberiku sedikit masukan, tapi sayangnya hingga sekarang aku masih mencoba memahami maksud sarannya itu. Wajar saja, aku dan dia sama-sama tidak tau perihal apa yang dialami oleh masing-masing pihak.

Kesel itu wajar, marah itu wajar..cuma saat itu juga plis jar, berhenti sejenak buat mikir..kalau kita pasti punya pilihan, mau ngelakuin hal kayak apa selanjutnya.. disitu aku memilih..
"Kalaupun gak ada yang baik di sekeliling ku, kenapa gak seenggaknya aku saja yang ngelakuin hal baik".. biar dunia tetap berputar dengan semua kejadiannya.. dan kita tetep dengan hal hal baik yang udah kita pilih buat dilakuin.

Kadang perasaan, isi hati, rasa kecewa, kesel, dll..bisa mendominasi tindakan..tapi sebelumnya yaa, pasti ada alternatif lain lah..hehe

Lama kelamaan orang akan paham, menerima, dan pada akhirnya justru bisa berubah .. even kita sendiri hanya berpegang pada apa yang kita yakini baik

Jika biasanya aku benar-benar merasa lebih baik, saat itu hanya sedikit. Yaps, nasehat itu lebih cocok diberikan padaku sekitar 3-5 bulan yang lalu dan memang sudah bekerja dengan baik. Tapi tak apa, tujuan aku tulis di sini mungkin kalian juga sedang berada di posisi yang sama dan bisa sedikit terbantu oleh kata-kata penulis yang satu ini. Berhubung dia ngga update di lapaknya, jadi biar aku saja. Ehehehe.

Eh tunggu, sepertinya dia pernah menulis hal serupa, tentang insiden membersihkan kamar mandi dengan rekan satu kontrakan. Apakah aku benar, Fin?

Karena tak ketemu titik permasalahan, ia pun menyerah.

Kamu hanya butuh waktu mungkin
Dan tempat bersandar (kasur maksudnya) 
Lekas dipertemukan jodoh juga deh jar

Hmm itu yang terakhir, jadi kena tafsir kalo masalahnya kronis banget wkwkw.

Martapura, 22 September 2018

Oh ya, semangat DTU kalian yg mendapat giliran pertama khususnya dia, Dhafin, Ariq, dan teman-teman E(dan). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.