Day-2 : Ta'aruf Kuy!

Assalamu'alaikum sayang-sayangku

Kabarnya masih sehat? Sudah bersyukur hari ini? Yuk tundukkan kepala dan hati kita sejenak untuk mendoakan saudara-saudara kita yang beberapa hari lalu terkena bencana gempa di Lombok. Semoga mereka lekas pulih dan pundaknya lebih dikuatkan. Aamiin.

Aku berharap kalian masih tetap kalem dalam membaca judul di atas, bukan berarti ini clickbait. Tak usah ribut-ribut langsung membuat CV dan dikirimkan ke alamat kantor apalagi ke alamat rumah yang nantinya bakal dibaca orang tua. NO!. Pede banget sih lu, Jar. ehehehe. Jadi gini, tema challenge di Day-2 adalah 20 facts about you yang intinya menceritakan kek gimana sih Fajar itu. Wedeh berasa penting banget ngga sih padahal ngga ada yang mau tau juga *lol. Seperti malaikat bahasa (peribahasa mah lewat) bilang "Tak Kenal Maka Ta'aruf" a.k.a kenalan. So, tanpa basa basi lagi karena saya cukup lelah dengan semua drama ini. Mari kita simak 20 hal yang anggap aja itu fakta tentang diriku. 


1. Orang Jawa Tulen
Penting banget, Jar? Ya menurutku ini harus masuk fakta karena kenyataannya memang begitu. Aku berasal dari Karanganyar, kabupaten dengan julukan Bumi Intanpari yang berbatasan dengan Jawa Timur, hanya beberapa menit dari Kota Solo, dan aku tidak mempunyai keturunan orang luar Jawa (mungkin suatu hari nanti Sunda). Saat kuliah, beberapa teman mengira aku berasal dari Jabodetabek hanya karena aku banyak cakap dengan Rizky meskipun kami tidak sekelas. Dan saat PKL sempat dikira orang Medan bahkan disindir "ngga ada Solo-Solonya lu Jar" dengan tatapan tidak percaya oleh Al, ya mungkin maksudnya aku ngga kalem waktu itu. Begitupun saat OJT, parahnya ada yang mengira orang Makassar, itu ngasal sih pasti. Jika dikira orang Medan masih wajar karena terbawa logat teman sekelas, tapi kalo Makassar? Hmm kenal saja tidak.

2. Childish
Emm kalo ini udah banyak testimoni sih terutama dari anak-anak OJT Tambora dan akupun meras demikian. Niat hati ingin mengubah sifat cuek jadi cheerful malah jatuhnya childish. Tapi itu karakter yang baru muncul saat aku menginjak kepala dua hehehe. Kalo kata Kak Rizdar, usia itu bukan penentu tingkat kedewasaan. Selain itu, di lingkunganku yang sekarang, aku selalu jadi sosok yang paling muda jadi ya puas-puasin aja hehe... Berlarian kesana kemari dan tertawa. Di kantor pun kadang terdengar teguran "Jar, jangan lari-larian ntar jatuh" atau "jangan lompat-lompat, Jar" atau "Jar, receh banget sih".

3. Anak Rumahan
Hmmm udah kaya kucing aja rumahan. Mungkin ini ngga penting, tapi itu fakta. Aku jarang keluar rumah sejak kecil kecuali untuk sekolah atau les atau TPQ atau ke rumah simbah. Masuk remaja, ketika teman-teman udah hapal jalan-jalan di Kota Solo, aku sampai sekarang pun belum terlalu explore daerah kabupaten sendiri, bahkan bisa aja bingung meskipun dalam lingkup kecamatan.

4. Anak Rantau
Widiihhh... merantau mungkin bisa disebut salah satu mimpi gilaku. Setelah belasan tahun akhirnya aku "keluar dari goa". Meskipun banyak kampus di sekitar Solo-Jogja, entah kenapa aku ingin pergi jauh dari rumah untuk mengadu nasib. Hingga akhirnya aku di terima salah satu kampus di Bogor, namun lebih memilih kampus kedinasan di Bintaro, Tangerang Selatan. Setelah itu berkesempatan PKL sekaligus mewujudkan mimpi bisa mengunjungi saudara di Bekasi lanjut magang di Jakarta Barat dan sekarang insyaAllah dua tahun aja di Cianjur. Perasaannya? Nano-nano sih. Ya bayangkan aja kamu yang dulu anak rumahan tiba-tiba merantau jauh sehingga dituntut mandiri dan jarang ketemu orangtua. Tapi, kalo ngga gini, aku rasa aku ngga berkembang, ditambah lagi aku orangnya mudah bosan. Serunya lagi kalau rantau bisa nikmati solo trip pas pulang kampung dan perubahan yang ada di kampung halaman tuh berasa banget. Quote favoritku saat homesick : Merantaulah... Maka kamu akan tahu rasanya kangen dan dikangenin. Eaa singlelillah.... Mungkin untuk seterusnya pun aku akan tetap menjadi perantau.

5. Anak Ilang
Ini bukan fakta yang gimana-gimana sih. Ini cuma kebiasaanku aja yang sering pergi atau jalan sendiri terus ntar pas di jalan keliatan banget kaya orang asing. Nanya ini itu ke orang yang di pinggir jalan, ngeliatin bangunan di sekitar, ditambah lagi postur tubuhku yang kecil jadi udah kaya anak ilang banget ehehe...

6. Team AB
Yaps aku seseorang yang bergolongan darah AB. Terus? Gue peduli? Dulu saat aku masih kecil suka merasa kasian dengan tokoh di sinetron yang meninggal karena tak tertolong akibat tidak ada darah yang sesuai. Lambat laun aku mulai tahu bahwa ada golongan darah yang langka (re: tak banyak yang bergolongan darah ini) yaitu golongan darah AB. Disitu aku berpikir, wow betapa istimewanya orang-orang itu. Barulah aku tau saat kelas 8 atau 9 SMP bahwa golongan darahku AB, setelah bertahun-tahun menjudge diri sendiri "ah paling aku si O seperti orang kebanyakan". Ehehe entahlah aku bangga terlahir sebagai seseorang yang bergolongan darah langka dan dianggap berkepribadian unik atau misterius. Di sisi lain, aku juga sedih karena belum pernah bisa mendonorkan darah akibat terbentur faktor berat badan. Pernah saat kuliah ingin donor darah tapi langsung ditolak saat registrasi. Ya, anak E(dan) termasuk orang-orang yang rajin ikut donor darah dan dulu sempat kecewa karena terhalang kelas siang. Aku rindu kalian.


7. Suka Warna Kalem
Saat kecil aku menyukai warna hijau kemudian lambat laun aku menyukai warna biru hingga sekarang. Kedua warna itu terlihat menenangkan dan tak terlalu menarik perhatian karena aku tak suka dengan sesuatu yang mencolok ataupun berlebihan. Apalagi sekarang jenis warna lebih variatif dan banyak bermunculan warna-warna pastel. Karena yang kalem itu meneduhkan.

8. Berkacamata 
Yaps aku pengguna kacamata sejak SD karena rabun jauh yang angkanya sudah lebih dari dua dioptri saat itu. Aku merasa sedikit risih karena belum terbiasa dengan benda asing yang bertengger di hidung, belum lagi dengan tatapan aneh teman-teman sebab saat itu belum banyak anak yang memakai kacamata. Di kampungku pun hanya aku dan sering mendapat tatapan aneh dari anak kecil karena tidak seperti orang kebanyakan. Tapi, lama-kelamaan aku tak peduli dengan itu karena aku bisa melihat terangnya dunia dengan kacamata, dan seharusnya kalian yang bermata normal bisa lebih bersyukur. Akupun bersukur masih bisa diberi kemampuan melihat meskipun sekarang sudah amat sangat rabun dan aku penderita silindris. Meskipun orang berkacamata bukan berarti pintar, tapi aku tertarik dengan laki-laki yang menggunakan kacamata. Entahlah, tapi mungkin anggapan itu telah hilang sejak aku OJT.

9. Type Pengamat
Emmm mungkin karena aku orangnya pendiam kali ya jadi aku lebih suka mengamati gerak-gerik seseorang daripada langsung masuk ke dunianya dan mengomentari. Aku akan terlibat jika seseorang itu meminta pendapatku. Ga paham. Oke jadi gini misal si A lagi ngobrol atau ada urusan sama si B dan saat mereka sedang bernegosiasi aku ada di situ. Tapi aku tak ingin terlibat, lebih memilih diam atau mencari kesibukan sendiri. Baru deh kalo si A pergi kemudian si B meminta pendapatku, aku akan memberi respon seakan aku terlibat dalam pembicaraan mereka alhasil dapat reaksi "iya bener banget" atau "ih koq tau sih". Secara ngga langsung hampir mirip dengan 'nguping' tapi aku tak peduli dengan apa yang mereka sibukkan.

10. Suka Baca-Tulis
Well aku memang selalu menjawab 'membaca' kalo ditanya masalah hobi. Tapi jangan memandangku sebagai seorang kutu buku karena aku tak serajin itu dalam hal membaca. Aku juga suka menulis. Tapi jangan memandangku sebagai orang yang tulisannya rapi atau rajin mencatat, bisa dibilang belum ada testimoni positif tentang hasil tulisku. Menulis adalah media berekspresi bagiku karena aku yang memiliki keterbatasan mengungkapkan sesuatu secara lisan. Bukankah segala hal akan terasa lebih ringan jika dilandasi rasa suka? Kita akan melakukannya dengan sepenuh hati meskipun kemampuan kita tak terlalu mumpuni.

11. Terlihat Sangat Serius 
Fakta ini diambil karena terlalu sering orang yang sungkan bicara padaku saat aku sedang mengerjakan sesuatu atau menyampaikan pendapat. Guru Matematika juga sering menegurku karena tatapanku yang telihat kosong saat berfokus pada materi di papan tulis. Kenyataannya aku sering mengerjakan hal-hal yang sepele tetapi memang aku tidak bisa membagi fokus dengan baik sehingga pandangan dan ekspresiku terpaku pada satu hal. Dan aku sangat sering dan suka bercanda karena susah diajak serius. Tapi mau diseriusin. eh.

12. Sulung dari Dua Bersaudara
Yaps aku adalah anak pertama dan mempunyai seorang adik yang berusia tiga tahun lebih muda dariku. Namun, adikku sering dikira kakakku karena posturnya yang sangat bertolak belakang denganku, mumgkin karena dia laki-laki juga. Kami menempuh pendidikan yang sama saat SD dan SMP. Kini, alhamdulillah ia akan melanjutkan pendidikan di salah satu kampus negeri di Kota Solo dengan jerih payahnya di jalur SBMPTN. Ada anak FKIP? Padahal dulu kakaknya yang pengen jadi guru eheheh...

13. Sering Dikira Laki-laki
Kalo ini ngga asing sih. Udah biasa banget dan bisa dibilang ngga keberatan mau disapa "pak, mas, a', kang" sama orang yang belum dikenal karena hanya tau nama secara virtual. Biasanyapun aku hanya tersenyum atau tertawa garing untuk mencairkan suasana, biar ngga canggung aja, pasti malu-malu sungkan gimana gitu kan. Ngaku aja hayoo... Pengalaman lucu tentang salah sangka juga udah makanan sehari-hari. Tapi aku tetap suka dengan namaku ini.

14. Tertarik dengan Seni
Suka aja hal yang berbau dengan seni dan kreatifitas. Iya, cuma suka, tapi ngga bisa berkreasi. Aku selalu buruk dalam menggambar sejak kecil. Aku juga menyukai musik dan berharap bisa memainkan piano. Sejak kecil aku berinteraksi dengan tuts-tuts itu namun belum pernah menekuninya. Selain piano, aku juga suka angklung. Pengen banget bisa jadi orang kreatif dan mengoptimalkan otak kanan, apa daya, setiap orang mempunyai keunggulan masing-masing. Menurutku, dengan seni, selain kita bisa menikmati keindahan karya, selalu tersirat pesan atau filosofi di dalamnya. Mengagumkan.

15. Cuek Tapi Sekalinya Baper Bakal Ingat Mulu
Dulu banyak juga yang bilang aku cuek apalagi dalam hal perasaan. Suka bingung kalo ngga ada angin ngga ada hujan disemprot "Jar, peka dong!". Tapi entah kenapa untuk ke sekian kalinya seiring dengan munculnya istilah baper aku jadi terlalu memikirkan perasaan orang lain. Khawatir dianggap ini itu dan kadang mengorbankan perasaan sendiri. Terkadang itu juga yang membuatku terlihat serius karena tidak tersenyum akibat memikirkan sesuatu bahkan susah tidur. Akupun tertarik dengan buku Kak Sintya yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Menurutku itu judul yang sangat menarik. Hmm aku jadi teringat si batu, apa kabarnya sekarang? Oke ngga usah dipikir dia udah gedhe. Kedepannya aku berharap baper Bawa Perasaan bisa kuubah menjadi Bawa Perubahan. Aamiin.

16. (Mantan) Penderita Insomnia
Okey aku memang sering mengalami gangguan sulit tidur sejak kecil. Makin remaja makin tambah larut aja tidurnya. Bahkan saat kuliah atau saat menanti pengumuman OJT kemarin aku pernah tak tidur dari pagi sampai pagi lagi. Mungkin itu pula yang menyebabkan aku hanya mempunyai ingatan jangka sangat pendek (short therm memory) dan aku sangat payah dalam hal menghafal. Suka ditanya "lu ngapain tidur jam segitu / ngga tidur?", jujur aku ngga tau mau ngapain dan emang ngga ngapa-ngapain. Nothing to do. Sedih aku tuh. Lebih lagi kebiasaan begadang itu selayaknya dihindari karena kegiatan yang tidak disukai Rasulullah Muhammad SAW. Wasting time banget kan huhu. Tapi alhamdulillah entah kenapa sekarang aku bisa tidur lebih cepat seperti orang normal lainnya pasca libur lebaran kemarin. And i'm happy. Gimana caranya? Sudah kubilang entahlah wkwkw...


17. Angka Favorit
Ya, sejak kecil aku punya beberapa angka kesukaan. Sebenarnya aku sering ganti-ganti. Namun, akhir-akhir ini aku menetap di angka 4 dan 8. Ahaha ketebak kah? Iya itu angka kelahiranku. Tapi, memang aku sering bertemu angka 4 di keseharianku. Tidak ada filosofi yang unik yang membuatku interest dengan angka 4, hanya saja anak-anak sering memiliki kreasi sendiri untuk menulisnya, tidak seperti angka lain yang bentuknya itu-itu saja, ah kalian pasti tak mengerti maksudku. Untuk angka 8, aku merasa inilah angka yang penulisannya tidak terputus seperti angka 0, bentuknya pun unik. Dari angka-angka itu, entah kenapa aku belum pernah menyukai angka 0, 2, 6, dan 9. 

18. Netral
Hampir di segala aspek apapun aku tak terlalu suka memihak satu dengan lainnya, kecuali jika Allah tunjukkan sisi baik suatu pilihan mungkin netralitas itu tidak akan berlaku. Aku paling tak suka berdebat, hatiku lemah mendengar seseorang yang hanya ingin menangnya sendiri. Kalaupun diajak makan atau main, aku lebih sering bilang 'terserah' atau 'ngikut aja deh'. Bukan karena aku wanita, bukan. Lebih ke pandangan yang tidak terlalu mempermasalahkan atau melebihkan sesuatu yang sepele. Kesannya jadi 'ribet banget sih hidup lu'. Bisa juga disebut nrimo ing pandum.

19. Selera Makan Buruk
Jujur badanku tuh kurus pisan. Banyak orang yang bilang sebenarnya aku cukup tinggi cuma badannya kurus jadi keliatan kecil. Ya bayangin aja sih berat badanku cuma dua kali lipat dari umurku sekarang. Sempat waktu nimbang di kantor pada kepo ngliatin di ruang dokter dan reaksinya "serius cuma segitu? itu mah berat badan anak SMP" sedih aku tuh padahal itu berat badan sejak aku SMA *loh. Ngga tau kenapa ya padahal waktu kecil udah dikasih Scott's Emulsion mulu tapi sampai sekarang ngeliat makanan itu kaya bukan kebutuhan malah tuntutan *plak. Itu juga yang selalu diingetin bapak dan simbah kalau rantau "makannya dijaga" beda kaya anak lain yang "belajarnya yang bener" atau "disana hati-hati' atau apalah.

20. Nikah Muda
Okey sebenarnya ini bukan fakta, sebut saja wish atau harapan atau doa. Ini kalau Kak Rizdar baca pasti mikir "ni anak pikirannya nikah mulu" ehehe. Aku belum nikah koq tapi berharap dalam waktu dekat bisa disegerakan. Kenapa sih jar buru-buru? Emang udah siap? Atau cuma keingina belaka? Panjang ceritanya, ngga bisa kalo dibahas cuma separagraf. Tapi, siapa sih yang ngga ingin segera menyempurnakan separuh agamanya? Siapa sih yang ngga ingin setiap interaksi dengan lawan jenisnya menjadi guadang pahala? Jika memang Allah belum mendatangkan dia dalam waktu dekat ini, berarti Allah tahu kalo aku masih menghadapi setiap ujian ini sendiri. Dan beruntungnya, Allah kirimkan aku orang-orang tangguh yang menyanggaku di masa penantianku agar aku juga bisa tangguh seperti mereka seperti bapak, Kak Erik, Faisal, Faridah, Dhafin, dan masih banyak lagi. Karena seperti yang Mas Adib bilang "segera bukan berarti tergesa". Doanya ya teman-teman agar segera dipertemukan dengan dia yang mau sabar untuk berjuang bersama meraih jannah-Nya. Terus yang kemarin-kemarin siapa? Kepo banget dah hehe namanya juga manusia, rasa tertarik kan wajar dan fitrah, tinggal kitanya aja gimana mau menjaga kefitrahan itu *wesetet.

Okey cukup segitu dulu fakta umum tentangku, sengaja ngga dibuat detail yang banget-banget sih barangkali mau di describe di judul postingan lain (duta wacana, bilang aja cuma ngejar target nulis hihihi). Jika kalian ada yang mau ditanyakan, hubungi saja aku secara personal, barangkali ada yang ngajak ta'aruf beneran kan *hadehhh....

Alhamdulillah masih bisa berjuang nyelesaiin ini postingan panjang setelah melewati hari-hari yang menguras perasaan (udah tengah malem tapi dihantui pikiran sendiri). Jazakallah khairan katsiran Kak Rizdar yang sudah banyak menemani bertukar pikiran untuk hari ini di segala masalah dan Kak Hari yang berbaik hati banget nganterin motor jauh-jauh dari Sukabumi (maaf belum bisa akrab ke kakak soalnya kakak mirip dia :(  ) Barakallahu fii umrik Khoi, semoga pundakmu dikuatkan, kan jadi kangen masa berjuang bareng. Alhamdulillah masih diberi teman-teman yang baik, yang mau memberikan sedikit empatinya pada anak kecil yang kesepian ini.

Wassalamu'alaikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Calon Ibu Mertua

Catatan Introvert #1

Sampai Jumpa, Yogyakarta.